3 Sekutu Terkuat China telah menjalin aliansi strategis yang berperan penting dalam memperkuat pengaruhnya di berbagai belahan dunia.
Di antara sekutu utama China, terdapat tiga negara yang dianggap sebagai mitra terkuat, yakni Rusia, Pakistan, dan Indonesia. Hal ini menimbulkan pertanyaan, mengapa Indonesia termasuk dalam daftar ini? Artikel ini POS VIRAL akan membahas hubungan dekat Indonesia dengan China, pentingnya posisi strategis Indonesia, serta tantangan dan perspektif masa depan dari aliansi ini.
Riwayat Hubungan China dan Indonesia
Untuk memahami kedekatan Indonesia dengan China, penting untuk melihat riwayat hubungan kedua negara. Hubungan formal antara China dan Indonesia dimulai pada tahun 1950. Pada masa itu, dalam konteks politik internasional pasca-perang dunia kedua, Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno menjalin relasi yang cukup dekat dengan China, yang saat itu dipimpin oleh Partai Komunis.
Support Sukarno terhadap ideologi komunis dan anti-imperialisme memperkuat aliansi ini, meskipun hubungan ini mengalami pasang surut pada periode-periode tertentu, terutama setelah peralihan kekuasaan ke Suharto di tahun 1965, yang mengakhiri hubungan diplomatik dengan Beijing hingga 1990.
Setelah hubungan diplomatik kembali terjalin, Indonesia dan China mulai memperkuat kerjasama di berbagai bidang, termasuk ekonomi, perdagangan, dan budaya. Dalam dekade terakhir, Indonesia telah menjadi mitra dagang terbesar bagi China di Asia Tenggara, memperkuat keterikatan ekonomi kedua negara.
Posisi Strategis Indonesia
Salah satu alasan kuat mengapa Indonesia masuk dalam daftar sekutu terkuat China adalah posisi geografisnya yang strategis. Terletak di jalur pelayaran penting antara Samudera Pasifik dan Hindia, Indonesia menjadi titik vital dalam rute perdagangan global dan inisiatif Belt and Road (BRI) yang diluncurkan oleh China.
Melalui berbagai proyek infrastruktur yang didanai oleh China, seperti jalur Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung, Indonesia semakin melengkapi konektivitas Asia dan mendukung ambisi BRI.
Indonesia juga memiliki sumber daya alam yang melimpah, yang sangat dibutuhkan oleh industri China, terutama dalam sektor mineral seperti nikel, yang penting untuk produksi baterai kendaraan listrik. Oleh karena itu, investasi China dalam sektor pertambangan dan manufaktur di Indonesia tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonominya, tetapi juga berperan dalam memenuhi kebutuhan industri China.
Kerjasama Ekonomi dan Investasi
Ekonomi Indonesia telah mendapatkan manfaat besar dari hubungan ini. Sejak 2014, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, interaksi ekonomi dengan China semakin mendalam. China kini menjadi mitra dagang terbesar Indonesia dengan nilai perdagangan yang mencapai lebih dari USD 130 miliar per tahun. Hampir dua kali lipat dibandingkan ketika Jokowi menjabat.
Bersama dengan itu, China juga merupakan salah satu penyumbang terbesar investasi asing langsung (FDI) di Indonesia. Proyek infrastruktur yang dibiayai China, termasuk pembangkit listrik dan infrastruktur transportasi, menjadi bagian dari visi “Golden Indonesia 2045” yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari lima ekonomi terbesar di dunia.
Kerjasama dalam bidang teknologi juga semakin meningkat. Di mana perusahaan-perusahaan China berinvestasi dalam teknologi tinggi dan inovasi di Indonesia. Misalnya, pengembangan industri kendaraan listrik dan manajemen digital, yang menjadi fokus Indonesia untuk memanfaatkan kekuatan dan keahlian China dalam penciptaan sektor-sektor baru di ekonomi Indonesia.
Baca Juga:
Kejadian Duka! Tim Rescue Berhasil Temukan Pelajar Yang Hilang Terseret Ombak Laut Kidul
Viral! Aksi Joget Sambil Konsumsi N4rk0b4 oleh Tahanan Lapas Tanjung Raja Sumsel
Tantangan dan Risiko dalam Hubungan
Meskipun banyak keuntungan yang diperoleh dari aliansi ini, hubungan Indonesia dengan China juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah peningkatan ketergantungan ekonomi Indonesia pada China yang dapat menimbulkan risiko terhadap kedaulatan nasional dan stabilitas ekonomi.
Kebijakan “utang diplomasi” yang dinilai mengeksploitasi ketergantungan negara-negara berkembang oleh China perlu diwaspadai oleh pemerintah Indonesia agar tidak membahayakan kemandirian ekonomi di masa depan.
Di samping itu, isu-isu maritim, khususnya yang berkaitan dengan klaim teritorial di Laut China Selatan, menjadi sumber ketegangan. Meskipun Indonesia bukan merupakan negara pengklaim di wilayah tersebut, namun klaim delapan garis oleh China yang menyentuk zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia di Natuna memerlukan perhatian khusus. Indonesia tetap teguh pada kedaulatan atas perairan tersebut, dan pemerintah harus merespons setiap provokasi dengan bijaksana. Tanpa merusak hubungan yang telah terjalin dengan baik.
Masa Depan Hubungan Indonesia & China
Melihat ke depan, penting bagi Indonesia untuk menyeimbangkan kepentingan ekonomi dengan kedaulatan nasional. Keterlibatan yang lebih dalam dengan China dapat membawa manfaat signifikan bagi pembangunan infrastruktur dan investasi industri. Namun, kepentingan sosial dan sejarah panjang hubungan Indonesia dengan negara lain. Termasuk AS dan negara-negara ASEAN, harus dilestarikan.
Mendatang, Indonesia diperkirakan akan menjaga hubungan pragmatis dengan China, di mana kedekatan ini tidak hanya untuk kepentingan ekonomi. Tetapi juga untuk meningkatkan posisi Indonesia di panggung internasional. Keterlibatan aktif dalam forum seperti ASEAN dan G20. Serta pengembangan hubungan yang berimbang dengan negara-negara besar lain termasuk AS dan Jepang, menjadi sangat diperlukan.
Secara keseluruhan, hubungan strategis antara China dan Indonesia sangat saling menguntungkan. Namun tetap menunjukkan risiko yang perlu diwaspadai. Indonesia, dengan sikap non-bloknya, diharapkan dapat memanfaatkan aliansi ini tanpa mengorbankan kemandirian dan kebijakannya. Diplomasi yang bijaksana dalam menghadapi tantangan global dan kerja sama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak akan sangat penting untuk tujuan jangka panjang.
Kesimpulan
Keterlibatan Indonesia dalam kerjasama dengan China terus mengalami transformasi dalam konteks geopolitik dan ekonomi global yang dinamis. Dengan komitmen untuk mengembangkan hubungan yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi. Tetapi juga menjaga kedaulatan dan integritas nasional, Indonesia dapat menavigasi dengan sukses dalam kerangka kerjasama ini di masa depan. Menjaga keseimbangan antara kepentingan domestik dan hubungan luar negeri yang kompleks akan tetap menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh para pemimpin Indonesia yang akan datang.
Dengan pelajaran dari sejarah dan visi untuk masa depan. Indonesia akan dapat memperkuat posisinya sebagai negara berdaulat yang mampu menjalin kerjasama dengan kekuatan besar seperti China, tanpa kehilangan jati diri dan kemampuannya untuk berperan secara mandiri di tingkat global.
Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang Berita Viral yang akan kami berikan setiap harinya.