Viralnya sosok Dea Lipa, MUA berhijab yang kemudian terungkap sebagai pria bernama Deni, menjadi kisah menarik sekaligus kontroversial.

Dalam sebuah klarifikasi terbuka, Dea Lipa yang nama sebenarnya adalah Deni Apriadi Rahman menyatakan bahwa dirinya adalah seorang pria dan memutuskan untuk tidak lagi mengenakan hijab.
Pengakuan yang Menggegerkan Media
Make-up artist yang belakangan viral dengan julukan “Sister Hong Lombok” akhirnya buka suara dalam sebuah konferensi pers di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Ia mengungkapkan identitas aslinya sebagai pria dan menyatakan bahwa penampilannya yang selama ini feminin hingga berjilbab adalah bentuk ekspresi diri belaka. Berita itu menjadi sorotan publik setelah nama Dea Lipa menjadi trending di media sosial.
Dalam acara tersebut, Deni menjelaskan bahwa selama ini ia memilih memakai busana wanita termasuk hijab. Ia mengatakan bahwa pilihan itu lahir dari kekaguman terhadap estetika femininitas dan bukan semata identitas jenis kelamin.
Pernyataan itu secara tiba-tiba mengguncang banyak pihak, karena selama ini sosoknya dikenal sebagai wanita berhijab yang aktif dalam dunia kecantikan.
Kini, setelah pengakuan tersebut, ia berjanji tidak akan mengenakan hijab lagi. Pernyataan ini pula diungkapkan kepada wartawan bahwa ia sudah “melepas hijab” dan memilih untuk tampil sesuai identitas kelaminnya sesungguhnya sebagai pria.
| POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!
Mengapa Penampilan Hijab Dipilih
Salah satu bagian yang paling banyak dibahas adalah alasan Deni mengenakan hijab selama ini. Ia mengaku bahwa hijab bagi dirinya bukan semata simbol agama, tetapi lebih sebagai lambang keanggunan, kelembutan, dan estetika perempuan yang ia kagumi.
Mengenakan hijab menjadi bagian dari identitas visual yang ia pilih untuk mengekspresikan sisi feminin dalam dirinya. “Bagi saya, jilbab itu simbol kecantikan, kelembutan, dan kehormatan,” ujar Deni dalam sesi tanya jawab.
Namun setelah identitas aslinya tersebar luas dan menjadi perbincangan publik, Deni memutuskan untuk berhenti menggunakan hijab.
Ia menyatakan bahwa penampilannya akan disesuaikan dengan identitas kelamin yang sebenarnya pria. Keputusan ini ia sampaikan di hadapan wartawan dan keluarga.
Baca Juga: Dea Lipa MUA Berjilbab Berparas Cantik, Pria Ini Nyamar Bikin Jagat Maya Heboh
Makna Lebih Besar Dari Keputusan Dea Lipa

Kasus Deni alias Dea Lipa bukan sekadar kontroversi viral. Ia membuka perbincangan lebih luas mengenai ekspresi gender, ekspresi identitas diri di tengah norma sosial, dan tekanan media sosial terhadap individu yang dianggap “berbeda.” Keputusannya melepas hijab dan mengakui diri sebagai pria mencerminkan fase penting dalam penerimaan diri.
Pilihan Deni untuk tampil feminin dan memakai hijab selama ini bisa dipahami sebagai cara mengekspresikan kekaguman terhadap simbol keanggunan dan kehormatan wanita muslimah.
Namun jauh lebih penting adalah bagaimana masyarakat merespon pengakuan identitasnya sekarang. Apakah perubahan ini akan diterima sebagai bagian dari kebebasan berekspresi, atau menjadi polemik moral dan sosial?
Keputusan melepas hijab menunjukkan bahwa Deni sedang membina keseimbangan antara jati diri dan tekanan sosial. Ia tidak hanya menegaskan siapa dirinya secara biologis dan identitas kejantanan, tetapi juga merespon fitnah serta isu yang selama ini membayangi penampilannya.
Secara simbolis, ini adalah momen pemulihan diri setelah banyak sorotan negatif, ia membuka lembar baru menurut identitas yang terasa lebih jujur dan otentik.
Reaksi Publik dan Dampaknya
Pengakuan ini memicu berbagai reaksi dari masyarakat. Sebagian komentator media sosial menyampaikan dukungan atas keberanian Deni untuk jujur, sementara sebagian lain menyoroti soal norma sosial dan agama yang dianggap “tertabrak” dengan penampilannya selama ini.
Tidak sedikit yang mempertanyakan apakah hijab sebagai simbol keislaman bisa dipahami semata sebagai ekspresi estetika. Diskusi ini pun kemudian merambah ke ranah yang lebih luas mengenai identitas gender, ekspresi diri, dan kebebasan pribadi.
Keluarga Deni melalui bibinya menyampaikan permintaan maaf kepada publik atas kegaduhan yang muncul. Mereka menegaskan bahwa tidak ada unsur penipuan atau maksud buruk, melainkan seseorang yang tengah menjalani proses mengenali diri sendiri. “Sebelumnya, kami minta maaf atas kegaduhan yang tidak pernah kami duga terjadi melalui media sosial,” ucap bibinya.
Di sisi lain, dunia make-up dan media sosial pun menjadi sorotan. Seorang MUA yang sebelumnya dikenal publik karena tampilan berpakaian wanita kini mengungkap sisi lain dirinya.
Hal ini membuka perbincangan tentang bagaimana identitas di ranah digital bisa berbeda dengan identitas realitas seseorang. Platform sosial yang cepat menyebarkan foto dan video membuat perjalanan hidup seseorang terkadang menjadi konsumsi publik sebelum mereka siap membeberkannya.
Terima kasih atas waktunya, semoga informasi ini bisa membantu Anda dan siap menghadapi situasi apa pun, kunjungi kami lagi untuk terus mendapatkan kabar viral dan update terkini lainnya di POS VIRAL.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari news.detik.com
- Gambar Kedua dari www.sapanusa.id
