BMKG jelaskan fenomena langit merah di Pandeglang akibat pembiasan cahaya matahari dan cuaca, bukan tanda bencana alam.
Fenomena langit berwarna merah yang muncul di Pandeglang sempat mengundang rasa penasaran dan kekhawatiran warga. Banyak yang mengaitkannya dengan tanda-tanda bencana alam. Menanggapi hal tersebut, BMKG memberikan penjelasan ilmiah dan memastikan bahwa perubahan warna langit itu merupakan peristiwa alam biasa.
Lalu, apa sebenarnya penyebab langit bisa tampak merah dan mengapa hal ini tidak berbahaya? Berikut penjelasan lengkapnya hanya di POS VIRAL.
| POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
BMKG Tegaskan Langit Merah Di Pandeglang Bukan Pertanda Bencana Alam
Fenomena langit berwarna merah yang terlihat di wilayah Pandeglang, Banten, sempat menghebohkan warga dan ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak masyarakat mengaitkan kejadian tersebut dengan tanda-tanda akan terjadinya bencana alam.
Menanggapi hal itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa fenomena langit merah tersebut merupakan kejadian alamiah dan tidak berkaitan dengan potensi bencana. Klarifikasi resmi ini bertujuan meredam kekhawatiran publik sekaligus memberikan edukasi ilmiah agar masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang belum tentu benar.
Ayo Nikmati Keseruan Nonton Bola, Akses Tanpa Batas, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS aplikasi Shotsgoal. Segera download!
BMKG Pastikan Fenomena Langit Merah Bersifat Alami
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah II Banten, Hartanto, menegaskan bahwa fenomena langit merah yang terjadi di wilayah Pandeglang selatan pada Kamis (18/12/2025) petang tidak mencirikan tanda-tanda bencana alam.
Menurut Hartanto, perubahan warna langit tersebut merupakan fenomena alam biasa yang kerap terjadi, khususnya saat matahari berada pada posisi rendah menjelang terbenam. Pada kondisi ini, cahaya matahari mengalami pembiasan dan hamburan di atmosfer sebelum sampai ke mata manusia.
Baca Juga: Heboh! Tugu Titik Nol Tangerang Habiskan Rp2,3 Miliar, Tapi Bentuknya Cuma Begini?
Proses Ilmiah Di Balik Langit Berwarna Merah
Hartanto menjelaskan bahwa saat matahari hampir terbenam, cahaya harus menempuh jarak yang lebih panjang melalui atmosfer bumi. Akibatnya, warna-warna dengan panjang gelombang pendek seperti biru dan ungu akan tersebar, sementara warna dengan gelombang panjang seperti merah dan jingga tetap bertahan dan terlihat lebih dominan.
Selain itu, tingginya konsentrasi uap air di udara turut memperkuat intensitas warna merah yang tampak di langit. Keberadaan partikel aerosol seperti debu atau polutan juga dapat memantulkan cahaya matahari sehingga warna merah terlihat semakin pekat.
Kondisi cuaca di Pandeglang yang saat itu sedang diguyur hujan ikut berperan dalam memantulkan cahaya merah pada lapisan awan, menciptakan pemandangan langit yang tidak biasa namun tetap tergolong wajar secara ilmiah.
BMKG Imbau Masyarakat Tidak Terpancing Isu Bencana
BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak mudah mengaitkan fenomena alam visual seperti langit merah dengan mitos atau tanda bencana. Setiap kejadian alam memiliki penjelasan ilmiah yang dapat dipahami melalui kajian meteorologi dan klimatologi.
Masyarakat juga diminta dengan adanya penjelasan ini, berharap publik semakin memahami bahwa tidak semua fenomena alam yang terlihat tidak biasa menandakan ancaman. Edukasi dan literasi kebencanaan menjadi kunci agar masyarakat dapat bersikap bijak dan rasional dalam menyikapi setiap peristiwa alam yang terjadi.
Biasan Cahaya Matahari Picu Fenomena Langit Merah Di Pandeglang
Fenomena langit merah terjadi akibat pembiasan dan hamburan cahaya matahari saat berada di posisi rendah menjelang terbenam. Pada kondisi ini, warna bergelombang panjang seperti merah dan jingga lebih dominan terlihat, terutama ketika dipengaruhi uap air dan partikel aerosol di atmosfer.
Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap mengenai berita-berita viral lainnya hanya di seputaran POS VIRAL.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari news.detik.com
- Gambar Kedua dari kompas.com