I Pande Gede Putra dibunuh oleh tiga orang wanita di Bali akibat terlilit utang sebesar Rp5,4 miliar dan jasadnya dibuang di hutan.
Ketiga tersangka wanita Bali, OSM alias Oky, IOP alias Intan, dan ALY alias Leni, ditangkap oleh Polres Buleleng. Korban dikabarkan mengalami penyiksaan selama 13 hari sebelum akhirnya meninggal pada 2 Februari 2025.
Utang dan Kesepakatan Awal
Pada tahun 2019, sebuah kesepakatan dicapai antara I Pande Gede Putra dan ALY. Di mana Putra setuju untuk memberikan bantuan dalam proses penjualan sebuah properti berupa hotel yang terletak di wilayah Denpasar. Sebagai bagian dari upaya untuk memfasilitasi dan memperlancar transaksi penjualan properti tersebut, Putra mengajukan permintaan pendanaan operasional kepada ALY. Dengan nilai total mencapai Rp5,4 miliar.
Dana ini dijanjikan akan digunakan untuk menutupi berbagai biaya yang terkait dengan operasional penjualan hotel tersebut, seperti biaya pemasaran, administrasi, dan lain-lain. Setelah ALY memenuhi permintaan pendanaan tersebut dan menyerahkan sejumlah dana yang telah disepakati. Putra justru menghilang secara tiba-tiba tanpa memberikan kabar atau informasi apa pun. Serta tidak dapat dihubungi melalui berbagai cara komunikasi yang tersedia.
Merasa telah dirugikan dan ditipu oleh tindakan Putra yang tidak bertanggung jawab. ALY kemudian memutuskan untuk meminta bantuan kepada dua orang rekannya, yaitu OSM dan IOP. Dengan harapan mereka dapat membantu melacak dan menemukan keberadaan Putra yang telah menghilang.
POSVIRAL hadir di saluran wahtsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Kabar Gembira bagi pecinta bola, khususnya Timnas Garuda. Ingin tau jadwal timnas dan live streaming pertandingan timnas? Segera download!

Penemuan dan Penyekapan Korban
Pada bulan November 2024, OSM dan IOP berhasil menemukan Putra, tetapi ia tidak mampu membayar utangnya. Para tersangka meminta Putra untuk berkomitmen melunasi utang-utangnya dan menyuruhnya tinggal di rumah kos mereka di Pemecutan Kelod, Denpasar, untuk mencegahnya melarikan diri. Sejak November 2024 hingga meninggal dunia, Putra tinggal bersama OSM dan IOP. Selama itu, ia meminjam uang tambahan sebesar Rp60 juta dari mereka, yang diduga untuk membayar utang ALY.
Eskalasi dan Penyiksaan
Pada pertengahan Januari 2025, hubungan antara korban dan kedua tersangka, OSM dan IOP, mulai memburuk. Mereka merasa emosi karena merasa terus dibohongi oleh korban terkait pinjaman uang. Situasi ini diperburuk dengan perintah dari tersangka ALY untuk menekan korban agar segera membayar utangnya. Selain itu, para tersangka juga marah setelah mendengar pengakuan seorang perempuan yang mengatakan bahwa korban mengaku telah diperkosa oleh tersangka ALY.
Puncaknya, ketiga wanita Bali tersangka melakukan penyiksaan terhadap korban selama 13 hari. Dari tanggal 20 Januari hingga 2 Februari 2025. Tindakan penyiksaan ini mengakibatkan I Pande Gede Putra meninggal dunia. Motif dari tindakan keji ini adalah kombinasi dari sakit hati karena merasa ditipu dan marah akibat korban menyebarkan informasi yang menjelek-jelekkan nama baik para tersangka.
Pembuangan Jenazah dan Penyelidikan Polisi
Pada tanggal 3 Februari 2025, tindakan keji dilakukan oleh tersangka OSM dan IOP dengan membuang jenazah I Pande Gede Putra di wilayah hutan Desa Pancasari, yang terletak di Buleleng. Dalam upaya untuk menutupi jejak kejahatan mereka. ALY turut serta dengan menyediakan kendaraan yang digunakan untuk mengangkut jenazah korban ke lokasi pembuangan. Tindakan ini merupakan bagian dari upaya sistematis untuk menghilangkan bukti dan menghindari tanggung jawab atas perbuatan yang telah mereka lakukan.
Menanggapi kejadian tersebut, Kepolisian Buleleng, yang dipimpin oleh AKBP Ida Bagus Widwan Sutadi, segera memulai penyelidikan mendalam untuk mengungkap kebenaran di balik kematian I Pande Gede Putra. Sebagai bagian dari proses investigasi, polisi memanfaatkan rekaman CCTV yang tersedia di sekitar lokasi kejadian. Analisis rekaman CCTV tersebut berhasil mengidentifikasi sebuah mobil berwarna kuning yang mencurigakan.
Yang terlihat bolak-balik di jalur menuju tempat kejadian perkara sekitar pukul 02.13 dini hari. Temuan ini menjadi titik terang penting dalam penyelidikan. Karena memberikan petunjuk awal yang krusial untuk melacak kendaraan yang terlibat dan mengaitkannya dengan para tersangka.
Baca Juga:
Identitas Tersangka dan Kendaraan
Kendaraan yang digunakan untuk membuang jenazah I Pande Gede Putra dilacak hingga ke sebuah tempat penyewaan mobil di Pedungan, Denpasar Selatan. Penyelidikan mengungkapkan bahwa ketiga tersangka, yaitu OSM alias Oky, IOP alias Intan, dan ALY alias Leni, menyewa mobil tersebut sekitar pukul 19.00 pada tanggal 2 Februari. Informasi ini menjadi titik terang dalam mengungkap keterlibatan mereka dalam kasus ini.
Data GPS dari mobil sewaan tersebut kemudian menjadi bukti krusial. Data tersebut mengonfirmasi bahwa kendaraan tersebut digunakan untuk melakukan perjalanan ke Desa Pancasari, Buleleng, lokasi di mana jenazah I Pande Gede Putra ditemukan. Bukti ini semakin memperkuat dugaan bahwa para tersangka terlibat langsung dalam pembuangan jenazah korban.
Penangkapan dan Pengakuan
Polisi berhasil menangkap tiga tersangka terkait kasus pembunuhan I Pande Gede Putra. Mereka adalah OSM (38) alias Oky, yang berasal dari Denpasar Selatan, IOP (38) alias Intan dari Bojonegoro. Dan LY (57) alias Leni dari Dangin Puri Kaja, Denpasar. Penangkapan ini dilakukan setelah serangkaian penyelidikan intensif yang mengarah pada identifikasi para pelaku.
Para tersangka mengakui bahwa tindakan mereka didorong oleh rasa dendam dan masalah utang piutang antara mereka dan korban. Korban memiliki utang sebesar Rp5,4 miliar kepada salah satu tersangka, yang menjadi salah satu pemicu utama terjadinya pembunuhan. Selain itu, para tersangka juga merasa sakit hati karena korban menyebarkan informasi yang menjelek-jelekkan nama baik mereka.
Hasil Otopsi
Hasil otopsi menunjukkan bahwa I Pande Gede Putra mengalami luka parah. Termasuk luka akibat ikatan di pergelangan tangan dan pergelangan kaki, luka bakar di punggung dan kepala, lebam di sekitar mata, bibir robek, dan luka sayatan di pinggang. Temuan ini menggarisbawahi beratnya penyiksaan yang dialaminya.
Proses Hukum dan Penyelidikan Lanjutan
Polda Buleleng terus melanjutkan penyelidikan mereka atas pembunuhan I Pande Gede Putra. Dengan fokus pada pengumpulan data tambahan dan melakukan wawancara lebih lanjut dengan para saksi. Upaya yang sedang berlangsung ini bertujuan untuk mengungkap detail tambahan seputar kejahatan tersebut dan memastikan pemahaman yang komprehensif tentang peristiwa yang menyebabkan kematian Putra.
Ketiga tersangka wanita Bali, OSM alias Oky, IOP alias Intan, dan LY alias Leni, saat ini menghadapi tuntutan terkait pembunuhan dan pembuangan jenazah Putra. Proses hukum akan menentukan kesalahan dan hukuman potensial mereka. Karena penyelidikan tersebut berupaya untuk memberikan keadilan bagi korban dan meminta pertanggungjawaban mereka atas tindakan mereka.
Kesimpulan
Kasus pembunuhan I Pande Gede Putra di Bali mengungkap motif kompleks yang melibatkan utang sebesar Rp5,4 miliar dan rangkaian peristiwa yang berujung pada penyiksaan serta penghilangan nyawa. Tiga tersangka perempuan, OSM, IOP, dan ALY, didakwa melakukan pembunuhan berencana. Yang dipicu oleh ketidakmampuan korban membayar utang. Ditambah dengan rasa sakit hati akibat pengakuan korban yang menjelek-jelekkan tersangka.
Investigasi polisi mengungkapkan bahwa korban disekap dan dianiaya selama 13 hari sebelum akhirnya meninggal dunia, kemudian mayatnya dibuang di hutan. Kasus ini menyoroti pentingnya penyelesaian masalah keuangan secara hukum dan risiko yang timbul akibat tindakan main hakim sendiri. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi viral terupdate lainnya hanya di POS VIRAL.