Seorang bocah perempuan berusia 3 Tahun buta dan berakhir meninggal dunia setelah disuntik dari seorang dokter magang di rumah sakit Malaysia.
Kejadian tragis ini bermula ketika sang ibu membawa anaknya ke rumah sakit karena flu yang tak kunjung membaik, namun berakhir dengan komplikasi yang fatal setelah serangkaian suntikan diberikan oleh dokter magang. POS VIRAL akan membahas lebih dalam lagi mengenai bocah 3 tahun buta karena disuntik dokter magang, kini berakhir meninggal dunia.

Kronologi Kejadian
Awalnya, ibu korban membawa anaknya ke rumah sakit karena kondisi flu yang tidak menunjukkan perbaikan. Dokter yang memeriksa menyatakan bahwa gadis kecil itu mengalami dehidrasi dan memerlukan suntikan sebelum menjalani tes darah. Ibu korban mengungkapkan bahwa dokter magang memberikan suntikan tanpa anestesi, yang kemudian memicu reaksi yang mengkhawatirkan.
Setelah menerima suntikan pertama, kondisi bocah itu langsung berubah drastis. Ia mulai menangis dan gemetar, lalu mengucapkan kata-kata terakhirnya kepada sang ayah, “Ayah, aku tidak bisa melihat apa-apa”. Situasi semakin memburuk ketika dokter magang lain diduga memberikan dua suntikan tambahan, yang membuat detak jantung bocah itu meningkat drastis.
Tim medis kemudian meminta keluarga untuk keluar dari ruangan, sementara mereka berupaya menyelamatkan nyawa anak itu. Sayangnya, upaya tersebut tidak berhasil, dan gadis kecil itu dinyatakan meninggal dunia pada pukul 09.00 waktu setempat. Pihak rumah sakit menyatakan bahwa penyebab kematian adalah infeksi bakteri. Namun, ibu korban mempertanyakan prosedur yang dilakukan, terutama terkait pemberian suntikan tanpa izin orang tua.
POSVIRAL hadir di saluran wahtsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Kabar Gembira bagi pecinta bola, khususnya Timnas Garuda. Ingin tau jadwal timnas dan live streaming pertandingan timnas? Segera download!

Reaksi Keluarga dan Tindakan Hukum
Ibu korban mengungkapkan kekecewaannya melalui media sosial, mempertanyakan mengapa suntikan diberikan tanpa persetujuan dan mengapa keluarga diminta keluar ruangan saat kondisi anaknya kritis. Pihak rumah sakit menawarkan untuk melakukan otopsi guna memastikan penyebab kematian, namun keluarga memilih untuk membawa jenazah anak tersebut untuk dimakamkan. Sang ibu menyatakan tekadnya untuk menempuh jalur hukum terhadap rumah sakit yang menangani kasus ini.
Dalam unggahannya, ibu korban menulis, “Kepada dokter magang, berhentilah menghilangkan nyawa orang,” yang mencerminkan kesedihan dan kemarahannya atas kejadian tersebut. Kejadian ini memicu diskusi tentang pengawasan terhadap dokter magang dan perlunya informed consent dalam setiap tindakan medis.
Baca Juga:
-
Korupsi Minyak Mentah Pertamina, Apakah Ahok Akan di Periksa KPK?
-
Banjir di Bogor Rendam Ratusan Rumah, 1 Warga Hilang Terseret Arus
Peran Dokter dalam Menghadapi Kehilangan Pasien
Kehilangan pasien adalah pengalaman yang sangat berat bagi seorang dokter. Dokter seringkali merasa terpukul dan bertanggung jawab atas hasil yang tidak diinginkan, meskipun mereka telah melakukan segala upaya untuk menyelamatkan pasien.
Pengalaman ini dapat mempengaruhi kondisi emosional dan profesional dokter, terutama bagi mereka yang masih muda dan kurang berpengalaman. Dalam menghadapi kehilangan pasien, penting bagi dokter untuk memiliki dukungan dari rekan kerja, senior, dan keluarga.
Mereka juga perlu belajar untuk menerima bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan dan bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan. Selain itu, dokter dapat mengambil hikmah dari setiap pengalaman untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka, serta memberikan pelayanan yang lebih baik di masa depan.
Tanggapan Rumah Sakit dan Investigasi Lebih Lanjut
Pihak rumah sakit telah menawarkan otopsi untuk menentukan penyebab pasti kematian, menunjukkan kesediaan untuk bekerja sama dalam mencari kejelasan atas kejadian ini. Namun, keluarga memilih untuk membawa pulang jenazah untuk dimakamkan, sehingga menambah lapisan kompleksitas pada upaya mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Investigasi lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menentukan apakah ada pelanggaran protokol medis atau kesalahan yang menyebabkan kematian tragis ini. Kasus ini menyoroti pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam praktik medis, serta perlunya komunikasi yang efektif antara tenaga medis dan keluarga pasien. Diharapkan kejadian ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak terkait untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Dukungan bagi Keluarga yang Berduka
Kehilangan seorang anak adalah pengalaman traumatis yang dapat menyebabkan kesedihan mendalam dan berkepanjangan bagi orang tua dan keluarga. Penting bagi keluarga yang berduka untuk mendapatkan dukungan emosional dan praktis dari teman, kerabat, dan komunitas. Mereka juga dapat mencari bantuan profesional dari psikolog atau konselor untuk mengatasi rasa kehilangan dan trauma yang dialami.
Selain itu, keluarga yang berduka perlu diberikan waktu dan ruang untuk meratapi kehilangan mereka, serta mengenang kenangan indah bersama almarhum. Penting juga untuk menjaga komunikasi yang terbuka dan jujur antara anggota keluarga, serta saling mendukung dalam menghadapi masa sulit ini.
Pentingnya Informed Consent dalam Tindakan Medis
Kasus ini menyoroti pentingnya informed consent dalam setiap tindakan medis. Informed consent adalah proses di mana seorang pasien diberikan informasi yang cukup mengenai risiko, manfaat, dan alternatif dari suatu tindakan medis, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang informed dan sukarela. Proses ini melibatkan komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien, serta pemberian kesempatan bagi pasien untuk bertanya dan mendapatkan klarifikasi.
Informed consent tidak hanya merupakan kewajiban hukum, tetapi juga merupakan prinsip etika yang mendasar dalam praktik medis. Dengan memberikan informed consent, dokter menghormati hak otonomi pasien dan memastikan bahwa mereka terlibat aktif dalam pengambilan keputusan mengenai perawatan mereka.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang informasi-informasi viral terupdate lainnya hanya di POS VIRAL.