Tuesday, July 1POS VIRAL
Shadow

Konflik Perbatasan! Thailand-Kamboja Kembali Memanas, Pekerja Lintas Negara Jadi Korban

Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja kembali memanas, memicu kekhawatiran regional dan dampak nyata bagi warga sipil.

Konflik Perbatasan! Thailand-Kamboja Kembali Memanas, Pekerja Lintas Negara Jadi Korban

Bentrokan di wilayah sengketa membuat para pekerja lintas negara menjadi korban paling rentan terancam keselamatannya, kehilangan pekerjaan, dan terpaksa mengungsi. Ketegangan ini memperburuk hubungan bilateral dan memperlambat aktivitas ekonomi di perbatasan.

Di tengah seruan damai dari masyarakat internasional, kedua negara didesak segera mencari solusi demi mencegah eskalasi lebih lanjut dan melindungi hak-hak warga sipil. Dibawah ini POS VIRAL akan membahas mengenai tentang konflik perbatasan Thailand-Kamboja.

tebak skor hadiah pulsabanner-free-jersey-timnas

Krisis Perbatasan Thailand-Kamboja Pekerja Terjebak

Akibat penutupan ini, puluhan wisatawan dan pekerja, beberapa di antaranya membawa anak-anak, terdampar di titik penyeberangan darat utama Thailand dengan Kamboja. Salah satu pos pemeriksaan yang sangat terdampak adalah Ban Khlong Luek di Provinsi Sa Kaeo, yang merupakan jalur utama bagi mereka yang bepergian melalui darat ke Siem Reap, Kamboja, lokasi kompleks Angkor Wat.

Sekitar 50 pekerja Kamboja, yang sebagian besar adalah pedagang yang sering menyeberang ke Thailand untuk berdagang, kini mendapati diri mereka terjebak dan tidak dapat kembali ke rumah. Malin Po (38), seorang penjual pakaian, mengungkapkan frustrasinya dengan mengatakan, “Saya ingin kembali tadi malam tetapi harus tidur di toko saya karena polisi tidak mengizinkan saya menyeberang”. Ia menambahkan bahwa tidak ada seorang pun yang menjelaskan mengapa pos pemeriksaan ditutup, meninggalkan banyak orang dalam kebingungan.

Dampak penutupan ini tidak hanya mengganggu aktivitas ekonomi harian, tetapi juga menyulitkan warga yang menghadapi situasi darurat pribadi. Chanta Wo (32), seorang tukang kayu Kamboja yang tinggal di Sa Kaeo, mencoba menyeberangi perbatasan setelah mengetahui bahwa ibu mertuanya yang berusia 73 tahun baru saja meninggal.

Ia terlihat mengganti popok bayi laki-lakinya yang berusia satu bulan di bangku dekat pos pemeriksaan sambil bepergian bersama istri, saudara laki-lakinya, dan putrinya yang berusia 2 tahun. Chanta mengatakan kepada AFP, “Saya diperingatkan oleh polisi… Saya sangat khawatir”. Polisi antihuru-hara ditempatkan di dekat titik penyeberangan yang ditutup rapat dengan pagar kuning, dan banyak orang terpaksa berjalan kembali ke sisi Thailand setelah ditolak.

POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL

Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

aplikasi nonton bola shotsgoal apk

Latar Belakang Konflik dan Dampak Ekonomi

Konflik antara Thailand dan Kamboja berakar pada perselisihan perbatasan yang telah berlangsung lama. Bermula sejak penarikan garis perbatasan sepanjang 800 kilometer (500 mil) pada awal abad ke-20 selama pendudukan Prancis di Indochina. Pertikaian ini telah menyebabkan setidaknya 28 kematian di wilayah tersebut sejak tahun 2008, meskipun masalah ini sempat mereda dalam beberapa tahun terakhir sebelum gejolak bulan lalu.

Baku tembak pada 28 Mei 2025 di wilayah sengketa yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud. Tempat perbatasan Kamboja, Thailand, dan Laos bertemu, menewaskan seorang tentara Kamboja dan memicu kembali ketegangan. Baik militer Thailand maupun Kamboja saling menuduh siapa yang memulai tembakan, dengan masing-masing pihak mengklaim bertindak untuk membela diri.

Sebagai respons terhadap penutupan perbatasan oleh Thailand, Kamboja telah melarang impor bahan bakar, minyak, buah-buahan, dan sayuran dari Thailand. Thailand juga dilaporkan melarang sepeda motor asal Kamboja masuk ke seluruh pos perbatasan darat. Tita Sanglee, seorang peneliti asosiasi di ISEAS-Yusof Ishak Institute, menyatakan bahwa eskalasi yang berkelanjutan akan merugikan kedua negara secara ekonomi.

Ia menambahkan, “Kedua pihak kini mulai mengambil langkah-langkah untuk saling merugikan secara ekonomi, dan penutupan perbatasan menjadi faktor utama”. Pada tahun 2024, nilai perdagangan bilateral antara Thailand dan Kamboja mencapai lebih dari. 4 miliar dolar AS (sekitar Rp64 triliun), menjadikan Thailand sebagai mitra dagang terbesar keempat bagi Kamboja.

Baca Juga: 

Reaksi Pemerintah Internasional

Reaksi Pemerintah Internasional

Kementerian Tenaga Kerja Thailand melaporkan bahwa sekitar 500.000 pekerja migran asal Kamboja tercatat bekerja di Thailand. Dampak penutupan perbatasan sangat terasa pada bisnis lokal. Ball, pemilik toko ganja di Aranyaprathet, mengatakan penjualannya turun hampir tiga perempat, dan ia kehilangan lebih dari 70% usahanya. Lim Num Hong, seorang pengemudi taksi, tidak mendapat pesanan sama sekali selama dua hari terakhir karena sulitnya akses lintas batas.

Seorang pria asal Sa Kaeo bernama Mon bahkan kehilangan pekerjaannya di kasino Kamboja karena perubahan jam buka perbatasan. Militer Thailand telah melarang warga Thailand menyeberang perbatasan untuk bekerja di bar dan kasino Poipet sejak 17 Juni.

Vatey Mony, warga Kamboja yang tinggal di Sa Kaeo dan mengelola warung makan kecil. Mempertimbangkan untuk meninggalkan daerah perbatasan karena pendapatannya terus menurun dan kekhawatiran akan konflik yang berkelanjutan. Ia menyatakan, “Perbatasan tutup lebih awal, pelanggan makin sepi, kami mengalami kerugian. Saya dan saudara perempuan saya mungkin harus kembali ke Kamboja karena takut perang di masa depan”.

Konflik perbatasan ini juga telah memicu krisis politik dalam negeri Thailand. Rekaman percakapan antara Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra dan mantan pemimpin Kamboja Hun Sen bocor, di mana Paetongtarn mengkritik seorang komandan militer terkait konflik perbatasan.

Ini menyebabkan Partai Bhumjaithai, partai terbesar kedua di koalisi pemerintahan. Keluar dari koalisi pimpinan Paetongtarn, menimbulkan ketidakpastian terhadap masa depan pemerintahannya. Thitinan Pongsudhirak, profesor ilmu politik dari Universitas Chulalongkorn, menyatakan bahwa “Sengketa perbatasan Thailand-Kamboja telah berubah menjadi krisis politik besar di Thailand”.

Implikasi Politik dan Upaya Penyelesaian

Meskipun kedua negara sepakat untuk meredakan ketegangan dan berdialog pada 14 Juni, ketegangan tetap tinggi. Perdana Menteri Kamboja Hun Manet telah mengajukan permintaan resmi ke Mahkamah Internasional (ICJ) untuk membantu menyelesaikan sengketa di empat titik perbatasan, termasuk lokasi bentrokan dan tiga situs kuil kuno.

Hun Manet menyatakan bahwa Kamboja memilih jalur hukum dan perdamaian internasional. Sebelumnya, ICJ pada tahun 1962 memutuskan bahwa kuil Preah Vihear milik Kamboja, dan pada tahun 2013 kembali menegaskan bahwa wilayah di sekitarnya juga milik Kamboja, serta memerintahkan pasukan Thailand untuk mundur.

Sebaliknya, Thailand lebih memilih penyelesaian secara bilateral dan menolak putusan ICJ. Zachary Abuza, pakar Asia Tenggara dari Lowy Institute, menjelaskan, “Kamboja ingin membawa konflik saat ini ke Mahkamah Internasional (ICJ) karena mereka pernah menang di sana sebelumnya”. Sementara itu, “Thailand ingin memanfaatkan kekuatan ekonominya, mereka benar-benar yakin memiliki pengaruh ekonomi yang besar”.

Polisi perbatasan Thailand mengatakan tidak jelas kapan penyeberangan akan dibuka kembali. Menambahkan bahwa petugas di lapangan mengikuti perintah militer dengan informasi terbatas. Krisis ini diperkirakan akan terus diwarnai ketegangan dan konfrontasi dalam waktu yang cukup lama. Terima kasih telah mengisi waktu anda untuk mengetahui informasi tentang. Konflik perbatasan Thailand-Kamboja di POS VIRAL dan jangan lupa kembali lagi karena kami akan berita-berita menarik lainnya.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar pertama dari Koran jakarta.com
  • Gambar kedua dari Kompas.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tele Grup
Channel WA
Grup FB
Search