Indonesia baru-baru ini diguncang oleh gelombang demonstrasi besar-besaran di berbagai kota, menarik perhatian media domestik maupun internasional.
Kerusuhan ini semakin memanas dengan munculnya dugaan keterlibatan pihak asing, di mana nama miliarder asal Amerika Serikat, George Soros, kembali disebut-sebut sebagai dalang utama di balik aksi tersebut.
Media Rusia, Sputnik, menjadi salah satu yang paling vokal dalam melaporkan dugaan ini, mengaitkan Soros dengan jaringan filantropi globalnya dan menyoroti kemunculan simbol-simbol unik dalam protes sebagai indikasi campur tangan eksternal.
Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran POS VIRAL.
Gelombang Demonstrasi Nasional
Gelombang demonstrasi nasional yang terjadi di Indonesia pada akhir Agustus hingga awal September 2025 menjadi salah satu aksi massa terbesar dalam sejarah pascareformasi. Aksi ini berawal di Jakarta, terutama di sekitar kompleks DPR/MPR, sebagai respons terhadap kebijakan tunjangan rumah anggota DPR yang mencapai Rp50 juta per bulan, jauh di atas upah minimum provinsi.
Dalam hitungan hari, gerakan ini merambat ke 32 provinsi, melibatkan mahasiswa, buruh, aktivis. Hingga masyarakat umum. Isu awal terkait kebijakan ekonomi dan keadilan sosial berkembang menjadi tuntutan yang lebih luas, termasuk reformasi politik, transparansi anggaran, dan perbaikan pelayanan publik.
Puncak ketegangan terjadi ketika seorang pengemudi ojek online berusia 21 tahun, Affan Kurniawan. Tewas tertabrak kendaraan lapis baja polisi di Jakarta. Tragedi ini memicu kemarahan yang semakin meluas, mendorong aksi-aksi solidaritas di berbagai daerah.
Dalam beberapa kasus, demonstrasi berubah menjadi bentrokan dengan aparat, mengakibatkan korban luka dan kerusakan fasilitas umum. Pemerintah merespons dengan memperketat pengamanan, melakukan penangkapan massal, dan mencoba meredam isu melalui konferensi pers serta janji evaluasi kebijakan. Namun, gelombang aksi belum mereda karena masyarakat menilai langkah tersebut belum menyentuh akar permasalahan.
POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

Siapa “Otak” di Balik Demonstrasi?
George Soros, seorang miliarder asal Amerika Serikat yang dikenal luas melalui jaringan filantropi globalnya. Kembali menjadi pusat perhatian terkait dugaan campur tangan asing dalam demonstrasi besar-besaran di Indonesia.
Media Rusia, Sputnik, secara spesifik menyebut nama Soros sebagai sosok yang diduga mendalangi gelombang protes yang terjadi belakangan ini. Laporan Sputnik tidak hanya memberitakan peristiwa tersebut, tetapi juga menyajikan analisis mendalam mengenai potensi keterlibatan Soros.
Narasi yang mengaitkan George Soros biasanya bersumber dari pernyataan atau opini politik yang menuding adanya campur tangan asing, tetapi belum pernah dibuktikan melalui investigasi independen atau dokumen resmi.
Banyak pengamat melihat tuduhan ini sebagai bentuk framing politik yang kerap digunakan untuk melemahkan legitimasi gerakan rakyat, sementara inti permasalahan sebenarnya berakar pada ketidakpuasan terhadap kebijakan domestik dan penanganan aparat terhadap demonstran.
Baca:
Pemicu Kerusuhan Demonstrasi
Pemicu utama kerusuhan dalam gelombang demonstrasi nasional 2025 adalah insiden tewasnya Affan Kurniawan. Seorang pengemudi ojek online berusia 21 tahun. Yang tertabrak kendaraan lapis baja polisi di Jakarta saat aksi protes berlangsung.
Kejadian ini memicu ledakan kemarahan publik karena dianggap sebagai bukti nyata kebrutalan aparat dalam menangani massa.
Sebelumnya, demonstrasi sudah meluas akibat ketidakpuasan terhadap kebijakan tunjangan besar untuk anggota DPR di tengah krisis biaya hidup. Kombinasi antara ketidakadilan ekonomi dan kematian tragis ini memicu eskalasi dari aksi damai menjadi bentrokan di berbagai daerah.
Pandangan Internasional
Pandangan internasional terhadap demonstrasi besar-besaran di Indonesia 2025 umumnya menyoroti ketidakpuasan publik yang dipicu oleh kesenjangan ekonomi dan insiden kekerasan aparat, sekaligus menggarisbawahi pentingnya pemerintah merespons dengan dialog dan reformasi.
Media asing seperti Reuters, The Guardian, dan AP News menyoroti kematian Affan Kurniawan sebagai titik balik yang mengubah protes menjadi gelombang nasional. Sementara sejumlah organisasi HAM internasional mendesak Indonesia menjamin kebebasan berekspresi dan menghindari penggunaan kekuatan berlebihan.
Investor global memantau perkembangan ini dengan cermat. Khawatir ketidakstabilan politik dapat memengaruhi iklim bisnis dan pasar keuangan di kawasan Asia Tenggara.
Terima kasih atas waktunya. Semoga informasi ini bisa membantu Anda dan siap menghadapi situasi apa pun. Kunjungi kami lagi untuk terus mendapatkan kabar viral dan update terkini lainnya di POS VIRAL.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari international.sindonews.com
- Gambar Kedua dari www.cnbcindonesia.com