Monday, January 6POS VIRAL
Shadow

Dosen di Mataram Diduga C4buli 10 Mahasiswa, Modus Ritual Zikir Alat Kelamin!

Kasus pelecehan seksual yang melibatkan seorang dosen di Mataram, Nusa Tenggara Barat, diduga telah cabuli 10 mahasiswa, dengan modus zikir alat kelamin.

Dosen di Mataram Diduga C4buli 10 Mahasiswa, Modus Ritual Zikir Alat Kelamin!

Dosen berinisial LR di mataram dituduh melakukan kekerasan seksual atau cabuli 10 mahasiswa, dan modus operandi yang digunakan dianggap sangat mengejutkan. Melalui pendekatan spiritual dan ritual yang disebut “zikir zakar” atau zikir alat kelamin, pelaku memperdaya para korban dengan dalih mendapatkan pengobatan spiritual. Dibawah ini POS VIRAL akan mengupas lebih dalam mengenai kasus yang meresahkan ini, mulai dari modus yang digunakan hingga dampaknya bagi korban dan institusi pendidikan.

Latar Belakang Kasus

Kasus ini terungkap pada akhir Desember 2024, ketika beberapa korban melaporkan tindakan pelecehan seksual kepada pihak berwajib. Dosen LR, yang mengajar di dua perguruan tinggi di Mataram, dituduh melakukan aksi cabul kepada mahasiswa yang berjenis kelamin sama, yaitu laki-laki. Menurut laporan, dosen tersebut menggunakan metode yang tidak biasa untuk mendekati para korbannya. Dengan berpura-pura menawarkan bantuan spiritual melalui ritual yang melibatkan zikir zakar.

Daei pengakuan para korban, aksi pelecehan ini sudah berlangsung sekian lama. LR diduga mendekati para korban dengan pendekatan yang bersifat manipulatif, membangun kepercayaan dengan berpartisipasi dalam kegiatan komunitas dan diskusi-diskusi ilmiah yang diadakan di kampus. Hal ini mengakibatkan para mahasiswa tidak merasa curiga dan lebih mudah diperdaya.

Modus Operandi: Ritual Zikir Alat Kelamin

Modus operandi menggunakan ritual zikir zakar sangat mencolok dan mengejutkan. Pelaku menyatakan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dalam keadaan berzikir, termasuk organ tubuh manusia. LR mengklaim bahwa untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan, individu harus memahami pentingnya “zikir alat kelamin”, dengan fokus pada organ genital sebagai titik paling vital dalam berzikir.

Dalam praktiknya, pelaku mencari mahasiswa yang memiliki masalah pribadi dan berusaha mendekati mereka dengan menciptakan suasana aman dan penuh empati. Ketika korban merasa cukup percaya, LR kemudian menawarkan ritual mandi suci yang diimbaskan sebagai metode penyembuhan. Dalam ritual ini, korban diminta untuk berpartisipasi, dengan janji bahwa tindakan tersebut akan membersihkan dosa. Membantu mereka menemukan kembali jalan hidup yang lebih baik.

Kegiatan ini tidak hanya melibatkan zikir, tetapi juga tindakan yang jauh melanggar norma dan etika. Pelaku pada akhirnya melakukan pelecehan seksual dengan alasan spiritual, memanipulasi dan mengeksploitasi kepercayaan korban. Hal ini menunjukkan betapa berbahayanya praktik tersebut, yang tidak hanya melukai secara fisik tetapi juga psikologis.

POSVIRAL hadir di saluran wahtsapp, silakan JOIN CHANNEL

Korban dan Dampaknya

Belum ada data resmi mengenai jumlah total korban, namun di lapangan, terungkap bahwa 10 korban telah melapor secara resmi dan mengungkapkan pengalaman traumatis mereka. Selain dampak fisik dari pelecehan yang mereka alami, banyak dari mereka juga menderita dampak psikologis yang berkepanjangan. Beberapa korban mengalami trauma berat, dan ada yang bahkan mengalami penyimpangan orientasi seksual sebagai akibat dari pengalamannya.

Kondisi ini diperburuk oleh stigma yang biasanya melekat pada korban kekerasan seksual. Banyak yang merasa tertekan untuk menyimpan pengalaman buruk tersebut sebagai aib, dan beberapa bahkan menolak. Untuk melaporkan kejadian tersebut karena takut akan konsekuensi sosial. Ini menciptakan keengganan dalam berbagi pengalaman, membuat banyak korban merasa terisolasi dan sendirian dalam penderitaan mereka.

Organisasi non-pemerintah dan lembaga perlindungan anak telah terlibat dalam penanganan kasus ini, mendekati korban dan memberikan dukungan psikologis. Mereka berusaha mendorong para korban agar berbicara dan membawa kasus ini ke jalur hukum demi keadilan. Ini bukan hanya tentang keadilan bagi korban, tetapi juga untuk mencegah kasus serupa terjadi di masa depan di institusi pendidikan lainnya.

Baca Juga: Bantu Korupsi Timah Rp 300 T dan TPPU, Helena Lim Divonis 5 Tahun Penjara

Respon Institusi Pendidikan

Kasus ini menimbulkan reaksi keras dari pihak universitas tempat LR mengajar. Pembentukan komite penyelidikan internal dilakukan untuk menyelidiki dugaan tersebut dan memastikan tindakan disiplin yang diperlukan bagi pelaku. Pengelola universitas juga mengeluarkan pernyataan yang menegaskan komitmen mereka terhadap lingkungan belajar yang aman dan bebas dari kekerasan.

Namun, respon ini dipandang oleh banyak kalangan sebagai langkah yang lambat dan tidak memadai. Tuntutan terhadap transparansi dalam penyelidikan dan proses hukum sangat diperlukan oleh para korban dan masyarakat. Adanya desakan untuk tidak hanya menghukum pelaku, tetapi juga melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan perlindungan mahasiswa di kampus, sangat mendesak. Penyampaian informasi yang jelas kepada mahasiswa mengenai cara melaporkan kasus pelecehan dan kekerasan seksual juga sangat diperlukan agar kejadian serupa tidak terulang.

Hukum dan Proses Penegakan Hukum

Hukum dan Proses Penegakan Hukum

Dari perspektif hukum, kasus pelecehan seksual ini telah diterima oleh pihak Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan telah memasuki tahap penyelidikan resmi. Menurut pernyataan resmi dari kepolisian, laporan pertama dari salah satu korban telah diterima dan saat ini sedang dalam proses pemeriksaan oleh tim yang ditunjuk.

Namun demikian, ada kritik terhadap lambatnya penanganan kasus ini. Masyarakat mengharapkan penegakan hukum yang cepat dan tegas terhadap pelaku, terutama mengingat keparahan tindakan yang dilakukan. Pengalaman korban menunjukkan bahwa ketidakadilan dalam penanganan kasus kekerasan seksual. Sering menyebabkan trauma lebih lanjut bagi mereka yang sudah cukup terluka oleh pengalaman awal. Penegakan hukum yang adil adalah langkah penting untuk memulihkan kepercayaan masyarakat kepada institusi hukum dan melindungi korban dari trauma yang lebih dalam.

Dampak pada Masyarakat dan Lingkungan Kampus

Kasus ini turut menyoroti masalah yang lebih luas terkait dengan kekerasan seksual di lingkungan akademik. Komunitas kampus di Mataram khususnya dan Indonesia pada umumnya dihadapkan pada tantangan serius dalam menghadapi isu ini. Kasus pelecehan seksual semacam ini bukanlah hal baru dan perlu perhatian lebih dalam menciptakan lingkungan akademik yang aman bagi semua mahasiswa.

Masyarakat juga harus terlibat dalam discourse tentang perlindungan terhadap mahasiswa dan pendekatan pencegahan terhadap kekerasan seksual. Pendidikan mengenai gender, konsensus, dan hak asasi manusia perlu diajarkan di institusi pendidikan untuk membekali mahasiswa mengenai pentingnya menghormati satu sama lain. Langkah-langkah ini akan membantu dalam mencegah kekerasan seksual dan menciptakan kebudayaan yang lebih sehat dan positif di kampus.

Kesimpulan

Kasus dosen di Mataram yang diduga cabuli 10 mahasiswa dengan modus ritual zikir alat kelamin ini menyisakan banyak pertanyaan. Mengenai perlindungan terhadap mahasiswa di lingkungan pendidikan, sementara aksi pelecehan ini begitu mengejutkan. Penting bagi semua pihak untuk belajar dari kejadian ini dan menyusun strategi untuk mencegah terjadinya kembali kekerasan seksual.

Dengan dukungan dari lembaga pendidikan, aparat hukum, dan masyarakat luas, diharapkan keadilan dapat ditegakkan bagi korban dan pelaku dihadapkan pada konsekuensi dari tindakan keji tersebut. Penegakan hukum yang cepat dan ketegasan pihak universitas untuk melindungi mahasiswa dapat menjadi harapan baru. Bagi mereka yang merasa kehilangan kepercayaan dan merasa tidak aman di lingkungan pendidikan.

Ke depannya, komunikasi yang lebih baik mengenai hak-hak mahasiswa dan prosedur pelaporan, serta pelatihan bagi staf dan fakultas tentang bagaimana mendukung korban kekerasan seksual sangatlah penting. Diharapkan dengan adanya upaya bersama, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua mahasiswa. Di mana mereka dapat belajar dan berkembang tanpa rasa takut akan ancaman keamanan.

Dari kasus ini, kita diingatkan bahwa pencegahan dan pendidikan adalah kunci untuk mengatasi masalah kekerasan seksual. Di institusi pendidikan, dan setiap individu harus memiliki peran aktif dalam menjaga lingkungan yang aman bagi semua. Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang Berita Viral yang akan kami berikan setiap harinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Home
Channel
Search