Serangan militer di Gaza kembali mencuri perhatian dunia, terutama setelah Gereja Keluarga Kudus satu-satunya gereja Katolik di wilayah tersebut menjadi korban peluru nyasar dari Israel.
Peristiwa memilukan ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa, namun juga memicu kecaman luas dan diskusi tentang alasan di balik insiden ini. Pemerintah Israel menyatakan penyesalan. Namun publik dan pengamat mempertanyakan klaim “peluru nyasar” yang berulang kali terjadi pada fasilitas keagamaan dan sipil di Gaza.
Artikel POS VIRAL ini mengulas alasan di balik insiden tersebut, respons berbagai pihak, serta konteks lebih luas dari konflik dan dampaknya bagi penduduk Gaza.
Kronologi Serangan di Gereja Keluarga Kudus Gaza
Gereja Keluarga Kudus di Kota Gaza diserang pada pagi hari, menewaskan setidaknya tiga orang dan melukai sepuluh lainnya, termasuk pastor paroki, Pastor Gabriel Romanelli. Pada saat kejadian, gereja tersebut sedang menampung sekitar 600 pengungsi warga Kristen yang berlindung dari gempuran militer sejak pecahnya perang Israel-Hamas pada Oktober 2023.
Menurut Patriarkat Latin Yerusalem dan sejumlah saksi mata, serangan terjadi sekitar pukul 10.30 waktu setempat dan berasal dari tembakan tank militer Israel yang mengenai bangunan gereja.
Dalih Israel: Peluru Nyasar Atau Kelalaian?
Militer Israel, melalui juru bicara resmi dan pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menyampaikan permintaan maaf atas insiden tersebut. Israel mengklaim bahwa serangan tidak bersifat sengaja dan peluru yang mengenainya merupakan amunisi nyasar akibat konflik yang sengit di wilayah tersebut. “Setiap nyawa tak bersalah yang hilang adalah tragedi,” ujar Netanyahu.
Investigasi awal militer Israel menyatakan bahwa pecahan granat tank secara tidak sengaja menghantam Gereja Keluarga Kudus di Gaza. Kementerian Luar Negeri Israel menegaskan bahwa tempat ibadah tidak pernah menjadi target operasi militer mereka.
Namun, sepanjang perang yang berlangsung di Gaza, berbagai tempat ibadah termasuk masjid dan gereja sering menjadi korban serangan militer. Hal ini menimbulkan skeptisisme publik terhadap klaim serangan yang dianggap sebagai peluru nyasar tersebut.
POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

Reaksi Dunia dan Kecaman Internasional
Insiden di Gereja Katolik Keluarga Kudus langsung memicu kecaman internasional. Paus Leo XIV secara pribadi menghubungi Perdana Menteri Israel dan menyatakan keprihatinannya mendalam atas wafatnya warga sipil di tempat ibadah.
Pemerintah Indonesia mengecam keras serangan tersebut. Sejumlah negara lain juga menyatakan penolakan serangan itu melalui Kementerian Luar Negeri mereka. Serangan tersebut dianggap sebagai pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional dan kesucian situs religius.
Banyak pihak menyerukan komunitas global untuk bertindak segera. Mereka meminta Dewan Keamanan PBB menghentikan kekerasan dan melindungi warga sipil Gaza.
Baca Juga: PM Italia Ngamuk Keras Setelah Israel Menghantam Gereja di Gaza
Faktor Risiko Serangan Tempat Ibadah di Tengah Konflik
Beberapa aspek penting kerap menjadi faktor risiko meningkatnya insiden peluru nyasar pada perang kawasan padat seperti Gaza, antara lain:
- Densitas Wilayah: Jalur Gaza merupakan salah satu wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia. Sehingga proses militer kerap mendekati atau melewati area sipil dan tempat ibadah.
- Penggunaan Senjata Berat: Penggunaan tank, bom, dan rudal di area perkotaan meningkatkan potensi “kesalahan sasaran” dan korban sipil.
- Taktik Peperangan: Tuduhan Israel bahwa Hamas sering menggunakan fasilitas sipil sebagai tempat berlindung atau menyembunyikan persenjataan turut menjadi dalih operasi militer yang berdampak pada tempat ibadah, meski belum terbukti secara menyeluruh.
- Efek Trauma dan Pengungsian: Tempat ibadah sering menjadi lokasi perlindungan utama bagi warga sipil. Ketika tempat tersebut terkena serangan, dampaknya sangat besar bagi kelompok minoritas dan komunitas rentan.
Implikasi Jangka Panjang Bagi Masyarakat Gaza
Serangan ke tempat ibadah, apalagi menyasar kelompok minoritas seperti Katolik di Gaza, memunculkan trauma dan ketidakpastian berkepanjangan. Warga Kristen yang jumlahnya kurang dari 1.000 jiwa kian merasa tidak aman. Selain korban jiwa dan kerusakan fisik, serangan juga memicu kerusakan sosial, memperparah krisis kemanusiaan dan lingkungan yang sudah sangat buruk di Gaza.
Meski pemerintah Israel telah menyampaikan permintaan maaf dan berjanji melakukan investigasi, insiden serupa terus terjadi berulang kali. Hal ini menimbulkan keraguan kuat akan keberadaan perlindungan nyata bagi warga sipil dan tempat ibadah di kawasan konflik yang belum usai.
Insiden peluru nyasar di Gereja Katolik satu-satunya di Gaza memperlihatkan kerentanan kelompok minoritas dan menambah deretan panjang pelanggaran kemanusiaan di tengah konflik berkepanjangan. Dalih peluru nyasar belum cukup menghapus kecaman dunia maupun menjawab kebutuhan perlindungan efektif bagi warga sipil di Gaza.
Simak dan ikuti terus POS VIRAL agar Anda tidak ketinggalan berita informasi terbaru setiap hari lengkap dan terpercaya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari nasional.kompas.com
- Gambar Kedua dari www.hariankami.com