Seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Jawa Timur mengalami kisah hidup yang luar biasa dan menggetarkan hati setelah terkurung dalam peti es selama 48 jam di Kamboja.
Kejadian yang nyaris mustahil ini tidak hanya membuktikan keajaiban hidup manusia. Tetapi juga membuka tabir kejahatan perdagangan manusia yang mengancam para pekerja migran Indonesia di luar negeri. Artikel ini akan menguraikan detail perjalanan mengerikan Sri Wahyuni dan dampak kasus ini terhadap perlindungan TKW Indonesia secara lebih mendalam.
TKW Dalam Peti Es Selama 48 Jam
Kisah ini bermula saat otoritas Bea Cukai dan pihak pelabuhan di Vietnam mencurigai sebuah kontainer yang berisi peti es, salah satu petinya berukuran lebih besar dari biasanya. Rasa penasaran serta kecurigaan membuat mereka memutuskan membuka peti tersebut. Saat peti es yang dibungkus plastik dan dilapisi kaleng tipis itu dibuka. Aroma tidak sedap pun langsung menyebar menusuk, menandakan kondisi fisik di dalam tidak baik sama sekali.
Di dalam peti es bersuhu sangat dingin itu ditemukan sosok manusia yang tampak layu seperti mayat. Awalnya, semua orang yang menyaksikan mengira tubuh tersebut sudah tidak bernyawa karena kondisi dingin yang ekstrem. Namun keajaiban terjadi saat tubuh itu mulai bergerak perlahan dan menghirup udara sedikit demi sedikit. Momen ini membuat seluruh petugas di situ tercengang dan percaya bahwa wanita itu masih hidup, meski kondisinya amat lemah dan pucat.
Sri Wahyuni TKW Cantik Asal Jember
Wanita yang tertahan dalam peti es itu adalah Sri Wahyuni, seorang TKW asal Jember, Jawa Timur, yang pada Agustus 2024 mulai bekerja secara ilegal di Kamboja. Sudah sejak Januari 2025 keluarganya melaporkan dirinya hilang ke KBRI di Kamboja. Setelah kejadian penyelamatan ini, Sri mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Hanoi, Vietnam. Dengan kondisi tekanan darah stabil namun suhu tubuh masih di bawah rata-rata.
Keberhasilan Sri bertahan hidup selama 48 jam dalam kondisi yang hampir membekukan menimbulkan kebingungan besar di kalangan tim medis. Mereka tak menemukan luka fisik ataupun tanda trauma lain di tubuh Sri, yang seharusnya menjadi sinyal kritis jika tubuh manusia bertahan dalam suhu ekstrem selama itu.
POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

Kronologi Penyiksaan
Sri Wahyuni sempat bercerita lirih tentang kondisi dan perlakuan yang ia alami sebelum diculik dan dimasukkan ke dalam peti es. Awalnya, majikan di Kamboja memperlakukan Sri dengan baik dan menjanjikan gaji besar. Namun seiring waktu, perlakuan berubah drastis. Ia tidak diperbolehkan keluar rumah, ponselnya disita, bahkan kamera dipasang di seluruh sudut rumah untuk mengawasinya setiap saat.
Hari-harinya dipenuhi kerjaan berat dari pagi buta sampai tengah malam tanpa libur. Suatu malam, Sri mendengar percakapan mencurigakan antara majikannya dan seorang pria asing berbahasa Thailand yang membicarakan soal pengiriman. Keesokan harinya, Sri diberikan makanan yang membuatnya pingsan. Ketika sadar, ia sudah terikat dan berada dalam kotak pendingin yang dingin membeku.
Keajaiban Bertahan Hidup
Di dalam peti es yang nyaris jadi makamnya tersebut, Sri berjuang mati-matian untuk tetap sadar dan bernafas. Ia mengenang suara ibunya yang selama ini selalu membesarkan hati dan memberikan semangat, berjuang melawan rasa dingin dan kelelahan. Dengan air mata berlinang, ia mengatakan, “Saya pikir saya akan mati di sana, tapi saya dengar suara ibu saya bilang ‘Nak, jangan tidur! Pulang… nak, pulang…’”.
Tekad dan harapan itulah yang mungkin mnjadi kunci keberlangsungan hidup Sri. Meskipun kondisi fisiknya rapuh dan tubuhnya bergetar, mentalnya kuat menolak menyerah agar bisa kembali pulang ke kampung halaman.
Baca Juga:
Terbongkarnya Sindikat Perdagangan Manusia di Kamboja
Kasus Sri bukan hanya soal keajaiban hidup, namun juga membuka mata dunia tentang maraknya sindikat perdagangan manusia di Kamboja yang mengeksploitasi TKW Indonesia. Kejahatan ini dilakukan oleh jaringan pengusaha licik yang memperdagangkan tenaga kerja secara ilegal dengan modus kerja memikat lalu mengurung atau menyiksa para pekerja.
Penemuan Sri dalam peti es itu merupakan petunjuk awal pembongkaran sindikat yang sudah lama beroperasi. Menekan proses investigasi oleh pihak keamanan di Vietnam dan KBRI Kamboja. Kejadian ini memicu upaya pengetatan perlindungan bagi pekerja migran Indonesia yang masih rawan jatuh korban sindikat seperti ini.
Tindak Lanjut dan Perlindungan oleh Pemerintah
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kamboja bersama Kementerian Tenaga Kerja Indonesia langsung memberikan respon serius terhadap kasus tragis yang menimpa Sri Wahyuni. Pemerintah menempatkan upaya pemulangan Sri sebagai prioritas utama. Dengan menjamin prosesnya dilakukan dengan pengamanan ketat untuk memastikan keselamatan serta perlindungan hukum penuh bagi Sri sebagai korban tindak perdagangan manusia.
Langkah ini tidak hanya bertujuan mengembalikan Sri ke kampung halamannya dengan aman. Tetapi juga memberikan dukungan dan pemulihan psikologis yang dibutuhkan setelah mengalami trauma berat. Selain penanganan kasus ini secara khusus, pemerintah juga memandang insiden tersebut sebagai pengingat pentingnya strategi perlindungan lebih komprehensif bagi Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia di luar negeri.
Pemerintah sedang menyiapkan langkah-langkah preventif yang melibatkan penataan jalur penempatan resmi dan aman. Guna menghindari perekrutan ilegal yang kerap mempermudah masuknya sindikat perdagangan manusia. Dengan demikian, selain penyelamatan individu, diharapkan kebijakan tersebut mampu memberikan perlindungan sistemik bagi seluruh TKW.
Keprihatinan Dunia Terhadap Kondisi TKW di Luar Negeri
Cerita tragis dan keajaiban Sri di peti es memancing keprihatinan luas dari berbagai lapisan masyarakat dan organisasi HAM di Indonesia maupun internasional. Mereka menyerukan perlunya perlindungan lebih besar bagi TKW di luar negeri. Terutama yang bekerja di wilayah-wilayah yang rawan eksploitasi seperti Kamboja.
Dunia saat ini semakin efektif menggunakan teknologi untuk memantau kondisi dan keamanan pekerja migran. Namun sistem perlindungan masih perlu diperkuat agar kasus seperti Sri tidak terulang di masa depan.
Kesimpulan
Perjalanan menyakitkan Sri Wahyuni seorang TKW asal Jawa Timur yang terkurung dalam peti es selama 48 jam di Kamboja sekaligus menjadi simbol ketangguhan jiwa dan harapan bagi seluruh TKW dan tenaga kerja migran Indonesia yang bersusah payah mencari nafkah di negeri orang. Kasus ini mengingatkan kita semua bahwa perlindungan, perhatian, dan kerja sama lintas negara sangat diperlukan untuk menghindarkan mereka dari ancaman tindak kejahatan.
Sri kini mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup, sembuh, dan membangun masa depan lebih baik. Semoga kisahnya juga membuka kesadaran semua pihak untuk memperjuangkan hak-hak tenaga kerja migran demi hidup yang lebih aman dan bermartabat.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi viral terupdate lainnya hanya di POS VIRAL.
Sumber Informasi Gambar:
1. Gambar Pertama dari nusantaraterkini.co
2. Gambar Kedua dari jpnn.com