Korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, kini mendapatkan perhatian serius dari pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Pemerintah sedang gencar mempercepat pembangunan hunian sementara (huntara) agar masyarakat terdampak tidak lagi tinggal dalam kondisi pengungsian yang memprihatinkan. Dibawah ini POS VIRAL akan menjelaskan tentang pembangunan hunian ini menjadi langkah awal yang penting sebelum fase relokasi ke hunian tetap dimulai, demi memberikan rasa aman dan kehidupan yang lebih layak bagi para korban.
Pemerintah Fokus Pada Pembangunan Hunian Sementara
Pembangunan hunian sementara telah mencapai tahap signifikan dengan selesainya huntara tahap I dan II, dan kini sedang berlanjut ke tahap III. Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, menegaskan bahwa upaya ini dilakukan supaya masyarakat yang terdampak tidak lama-lama tinggal di pos pengungsian.
Huntara didesain agar dapat menampung keluarga-keluarga yang harus meninggalkan rumah mereka setelah erupsi, sehingga mereka dapat hidup dengan lebih nyaman dan aman selama menunggu hunian tetap dibangun. Pembangunan hunian sementara ini bukan solusi akhir, melainkan bagian dari proses pemulihan yang harus dilalui secara bertahap.
POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

Hunian Tetap Sebagai Solusi Jangka Panjang
Meskipun fokus utama saat ini adalah huntara, pemerintah tidak melupakan pembangunan hunian tetap sebagai solusi terbaik jangka panjang. Pembangunan huntap (hunian tetap) diprioritaskan sebagai tempat tinggal yang aman dan berkelanjutan bagi masyarakat yang terdampak.
Rencana pembangunan akan dilaksanakan di Noboleto, dengan pembersihan lahan yang telah dijadwalkan segera dan target pembangunan 500 unit rumah. Keberadaan hunian tetap nantinya akan mengurangi risiko bahaya erupsi di masa depan dan memberikan stabilitas sosial serta ekonomi bagi warga yang terdampak. Dukungan dari Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perumahan, TNI/Polri, dan masyarakat setempat memperkuat pelaksanaan proyek ini.
Baca Juga:
Perhitungan Kapasitas & Kondisi Hunian Sementara
Hingga laporan terakhir, BNPB telah menyediakan sekitar 90 kopel hunian sementara, yang masing-masing kopel dapat menampung lima kepala keluarga. Ini berarti kapasitas saat ini mencapai 450 kepala keluarga, yang rencananya akan ditambah lagi seiring pembangunan bertahap.
Namun, belum semua hunian sementara tersebut ditempati karena proses pemasangan instalasi listrik masih berlangsung. Sementara itu, warga yang menolak pindah ke huntara tetap mendapat tunjangan dana tunggu hunian. Sebagai dukungan pemenuhan kebutuhan harian mereka selama menunggu proses relokasi atau memilih untuk menumpang di rumah kerabat.
Tantangan Proses Relokasi & Penyediaan Lahan
Proses pembangunan hunian tetap menghadapi beberapa tantangan, terutama terkait dengan penentuan lokasi dan perizinan lahan. Beberapa lahan yang akan digunakan termasuk tanah adat, kawasan hutan lindung, dan lahan hibah dari masyarakat.
Pemerintah tengah melakukan proses mediasi dan ganti rugi atas penggunaan lahan-lahan tersebut supaya dapat segera dimanfaatkan untuk membangun hunian permanen. Penanganan administrasi ini penting demi memastikan bahwa pembangunan hunian dapat berjalan lancar dan warga terdampak mendapatkan tempat tinggal yang layak tanpa konflik penggunaan lahan.
Dukungan Dana Tunggu Hunian Untuk Masyarakat
Sebagai bentuk dukungan tambahan, pemerintah memberikan dana tunggu hunian bagi warga yang enggan tinggal di hunian sementara. Dana ini diberikan selama beberapa bulan, guna membantu kebutuhan harian masyarakat selama proses relokasi berlangsung.
Misalnya, sebelumnya dana tunggu yang disiapkan sebesar Rp 500 ribu per bulan selama enam bulan. Sedangkan pada periode berikutnya dinaikkan menjadi Rp 600 ribu per bulan selama enam bulan untuk masing-masing kepala keluarga. Dana ini sangat vital untuk meringankan beban keluarga yang masih bertahan di pengungsian atau menumpang di rumah kerabat.
Kesimpulan
Korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, pemerintah juga menekankan pentingnya aspek sosial dan ekonomi dalam proses pembangunan hunian. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno, menegaskan bahwa pembangunan hunian tidak hanya soal bangunan, tetapi juga bagaimana membangun kehidupan yang layak secara sosial dan ekonomi.
Pemindahan warga diupayakan agar tidak jauh dari kebun atau lahan tempat mereka biasa bekerja, sehingga roda kehidupan dan penghidupan masyarakat tetap berjalan. Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang Berita Viral yang akan kami berikan setiap harinya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari antaranews.com
- Gambar Kedua dari sumbar.suara.com