Kunjungan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ke Kota Blitar pada 18 Juni 2025 mendadak memanas akibat aksi mahasiswa yang membentangkan poster berisi kritik tajam.
Aksi ini langsung diadang oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), yang menyita poster dan mengamankan para mahasiswa. Insiden ini viral di media sosial, memicu perdebatan tentang kebebasan berekspresi dan protokol keamanan pejabat negara. Artikel ini mengulas detail kejadian dan respons berbagai pihak.
Di bawah ini POS VIRAL akan membahas insiden viral aksi mahasiswa di Blitar yang membentangkan poster kritik untuk Wapres Gibran dan langsung diadang Paspampres.
Insiden Tiba-Tiba di Tengah Iring-iringan
Kunjungan Wakil Presiden Gibran ke Blitar seharusnya menjadi momen khidmat dalam rangka ziarah ke makam Presiden Pertama RI, Soekarno. Namun di tengah lintasan iring-iringan rombongan, situasi berubah ketika tiga mahasiswa tiba-tiba muncul dan membentangkan poster berisi kritik terhadap Wapres. Dalam hitungan detik, Paspampres bergerak cepat. Poster langsung disita, dan ketiga mahasiswa itu digiring ke tepi jalan agar menjauh dari jalur resmi.
Aksi ini terekam dalam video amatir dan langsung beredar luas di media sosial, memantik diskusi publik soal kebebasan berekspresi di ruang publik dan penanganan keamanan pejabat negara. Momen singkat tersebut seolah menjadi simbol tarik-menarik antara demokrasi yang seharusnya terbuka dengan ketatnya protokol pengamanan negara.
POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

Penjelasan Pihak Kepolisian
Menanggapi viralnya video tersebut, Wakapolres Blitar Kota, Kompol Subiyantana, memberikan klarifikasi. Ia menegaskan bahwa tidak ada penahanan terhadap para mahasiswa. Mereka hanya dipinggirkan demi alasan pengamanan dan kemudian diminta untuk pulang.
“Informasinya mahasiswa membawa poster itu dan mencoba menerobos rombongan, jadi diamankan dulu. Jalur harus steril sesuai ketentuan pengamanan,” kata Subiyantana.
Ketika ditanya soal isi dari poster yang dibentangkan, Subiyantana menyatakan belum mengetahui secara pasti. “Saya tidak lihat. Isi posternya seperti apa, saya juga belum tahu,” ujarnya kepada awak media.
Respons ini menimbulkan pertanyaan dari sejumlah pihak. Apakah tindakan pengamanan tersebut murni prosedural atau justru bentuk penghalangan terhadap aspirasi publik?
Baca Juga:
Akar Aksi Mahasiswa dan Makna Simbolik
Meski belum ada pernyataan resmi dari kelompok mahasiswa terkait isi poster, publik menduga kuat bahwa aksi tersebut merupakan bentuk kritik terhadap posisi Gibran sebagai Wapres muda yang kontroversial. Nama Gibran kerap menjadi bahan perbincangan, baik karena latar belakang keluarganya maupun proses pencalonannya yang dinilai sebagian pihak tidak lepas dari rekayasa politik.
Mahasiswa, sebagai agen perubahan, kerap tampil vokal dalam mengkritik kebijakan atau simbol kekuasaan yang mereka anggap menyimpang. Dalam sejarah politik Indonesia, aksi semacam ini bukan hal baru. Dari era Soeharto hingga reformasi, mahasiswa sering turun ke jalan membawa poster sebagai bentuk ekspresi kegelisahan rakyat.
Oleh karena itu, poster dalam aksi kali ini bukan hanya selembar kertas, tetapi representasi suara publik yang ingin didengar. Reaksi Paspampres memang dapat dipahami dalam kerangka pengamanan, tetapi tindakan ini juga membuka ruang debat tentang batas antara menjaga keamanan dan membungkam kebebasan berekspresi.
Ziarah Gibran ke Makam Bung Karno
Di balik insiden tersebut, agenda utama kunjungan Gibran sebenarnya adalah ziarah dan tabur bunga di makam Bung Karno, sang proklamator. Didampingi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Gibran terlihat khidmat memanjatkan doa di pusara Presiden Pertama RI itu.
Dalam pernyataannya, Gibran menyampaikan rasa kagum terhadap sosok Bung Karno. Ia menyebut bahwa pemikiran dan perjuangan Bung Karno telah memberikan fondasi penting bagi kemerdekaan dan pembangunan Indonesia. Kunjungan ini dinilai sebagai upaya Gibran untuk merawat warisan sejarah dan mengenang jasa para pendiri bangsa.
Namun, banyak pihak menilai bahwa momen ziarah ini tetap tidak bisa dilepaskan dari konteks politik kekinian, terutama mengingat posisi Gibran yang tengah menjadi sorotan pasca-Pilpres 2024. Maka tak heran jika mahasiswa memilih momen ini untuk menyuarakan pendapat mereka.
Kesimpulan
Peristiwa bentroknya aksi mahasiswa dengan protokol pengamanan Wakil Presiden Gibran di Blitar mencerminkan dinamika politik Indonesia saat ini di mana generasi muda masih berani bersuara, namun kerap dihadapkan pada batas-batas kekuasaan. Meskipun tindakan Paspampres bisa dipahami dalam kerangka keamanan, penting bagi pemerintah untuk tetap membuka ruang demokrasi agar suara rakyat tidak dibungkam.
Di sisi lain, aksi simbolik mahasiswa mengingatkan kita bahwa kritik adalah bagian sehat dari sebuah negara yang mengaku demokratis. Insiden ini pun menjadi pelajaran penting, bahwa menjaga keamanan dan mendengar aspirasi tidak seharusnya saling bertabrakan, tetapi bisa berjalan seiring jika dikelola dengan bijak.
Simak dan ikuti terus POS VIRAL agar Anda tidak ketinggalan berita informasi menarik lainnya yang terupdate setiap hari.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari www.gelora.co
- Gambar Kedua dari www.merdeka.com