Presiden Prancis Emmanuel Macron mengeluarkan pernyataan bandingkan masalah di Taiwan dengan Ukraina dan china langsung menolak keras.
Ia mengingatkan bahwa konflik yang dianggap hanya regional bisa berdampak luas, termasuk di kawasan Indo-Pasifik. Namun, pernyataannya ini mendapat reaksi keras dari China yang menolak keras perbandingan tersebut dan menegaskan Taiwan adalah bagian integral wilayahnya yang tidak bisa dipersoalkan atau dibandingkan dengan Ukraina. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran POS VIRAL.
Pernyataan Kontroversial Macron di Forum Keamanan Asia
Dalam forum Dialog Shangri-La yang berlangsung di Singapura, Emmanuel Macron mengingatkan dunia akan pentingnya menjaga kredibilitas global dalam menanggapi agresi terhadap kedaulatan negara. Ia mengingatkan bahwa membiarkan Rusia mempertahankan wilayah Ukraina tanpa konsekuensi dapat memicu efek domino yang berdampak ke kawasan Indo-Pasifik, termasuk Taiwan dan Filipina.
Pernyataan ini menegaskan kekhawatiran bahwa kegagalan menangani konflik Ukraina dengan tegas dapat menggerus prinsip integritas teritorial yang mendasari tatanan dunia internasional. Macron bertanya secara retoris, “Bagaimana jika terjadi sesuatu di Taiwan?” dan mengangkat isu pentingnya reaksi global terhadap potensi agresi di kawasan tersebut. Pernyataan ini menggugah diskusi mendalam mengenai hubungan antara dua krisis geopolitik penting tersebut.
| POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!
Sikap Keras China Menolak Perbandingan dengan Ukraina
Pemerintah China dengan tegas menolak keras perbandingan yang dilakukan Macron. Menilai bahwa membandingkan Taiwan dengan Ukraina “tidak dapat diterima” dan kedua masalah ini memiliki sifat yang berbeda secara fundamental. China menegaskan bahwa masalah Taiwan adalah urusan dalam negerinya dan menolak semua campur tangan asing dalam hal ini.
Taiwan dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayah China, dan Beijing sekali lagi mengingatkan dunia akan prinsip satu-China yang menjadi dasar kebijakan luar negerinya. Dalam reaksi lanjutan, Kedutaan Besar China di Singapura menegaskan bahwa jika ada tudingan double standard terhadap China. Maka hal itu hanya akan memperkuat posisi mereka mempertahankan kedaulatan Taiwan dengan segala cara yang diperlukan, termasuk penggunaan kekuatan jika dianggap perlu.
Baca Juga:
Pandangan Macron Tentang Posisi Eropa dan Kemandirian Strategis
Emmanuel Macron juga menekankan bahwa Eropa harus menjaga kemandirian strategis dan otonomi dalam mengambil keputusan, terutama terkait ketegangan AS-China di kawasan Indo-Pasifik. Ia menolak tekanan untuk mengikuti ritme kebijakan Amerika Serikat atau China. Dan mengajak Eropa untuk memikirkan kepentingan regionalnya sendiri tanpa menjadi alat perseteruan antara dua kekuatan besar dunia.
Macron menyatakan bahwa Perancis tetap menjadi mitra strategis di kawasan Indo-Pasifik dengan penempatan ratusan ribu warga dan personel militer di wilayah tersebut. Serta komitmen kuat menjaga stabilitas kawasan tanpa harus memihak. Sikap ini juga disampaikan dalam konteks upaya mendukung perdamaian di Ukraina dan menjaga kredibilitas multinational di panggung internasional.
Reaksi dan Dampak di Kancah Diplomasi Global
Pernyataan Macron menarik beragam reaksi dari para pemangku kepentingan internasional. Di satu sisi, pengamat memandang sikap Macron sebagai usaha untuk menghubungkan konflik Ukraina dengan isu keamanan di Asia. Menunjukkan bahwa integritas wilayah tidak bisa dipandang secara parsial.
Namun, sejumlah politikus dan diplomat di Eropa Timur mengkritik Macron karena dianggap dapat melemahkan solidaritas Barat dalam konflik Ukraina. Dan memperlemah aliansi transatlantik, apalagi saat Rusia masih agresif di Ukraina.
Di sisi lain, China secara konsisten menunjukkan sikap keras keras dalam menjaga klaim atas Taiwan. Dengan meningkatkan tekanan militer dan politik terhadap pulau tersebut, termasuk latihan militer yang menimbulkan keprihatinan internasional.
Meningkatnya ketegangan China dengan Taiwan dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Seperti Filipina dan beberapa negara lain di Laut China Selatan, menambah kompleksitas keamanan regional.
Taiwan Tegaskan Perbedaan Dengan Ukraina
Pemerintah Taiwan menjelaskan bahwa situasi mereka berbeda dengan Ukraina, karena Taiwan secara geografis dipisahkan oleh Selat Taiwan. Sebuah hambatan alam yang memberikan perlindungan strategis, dan negara ini juga memiliki mitra internasional yang aktif mendukung keamanan kawasan.
Taiwan memperkuat kemampuan militernya serta sistem pertahanan sipil sebagai respons terhadap ancaman China. Presiden Taiwan juga mengapresiasi dukungan global tanpa harus membuat diri mereka menjadi provokator terhadap China atau negara manapun. Menjaga stabilitas meskipun dalam tekanan diplomatik dan militer yang berat.
Kesimpulan
Pernyataan Presiden Emmanuel Macron yang mengaitkan isu Taiwan dengan konflik Ukraina memicu diskusi global yang panas dan reaksi keras dari pemerintah China. Macron menekankan pentingnya menjaga kredibilitas internasional dalam mempertahankan kedaulatan wilayah. Dan menyerukan Eropa untuk menjaga kemandirian strategis dalam menghadapi rivalitas AS-China.
China menolak keras perbandingan ini, menegaskan bahwa Taiwan adalah urusan dalam negerinya dan menolak segala campur tangan asing. Di tengah ketegangan yang meningkat, Taiwan menekankan perbedaan kondisi dirinya dengan Ukraina dan terus memperkuat pertahanan.
Dinamika ini mencerminkan kompleksitas geopolitik dunia saat ini yang penuh dengan tantangan diplomasi dan keamanan global di tengah persaingan kekuatan besar. Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap hanya di POS VIRAL.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari breakingdefense.com
- Gambar Kedua dari www.antaranews.com