Friday, January 31POS VIRAL
Shadow

Miris, Bule Kolombia Ini Harus Bayar Rp200 Ribu Saat Melapor ke Polisi Bali

Kejadian seorang turis/bule asal Kolombia yang bayar Rp200 Ribu saat ingin melapor ke Polisi di Bali baru-baru ini viral di media sosial.

Miris, Bule Kolombia Ini Harus Bayar Rp200 Ribu Saat Melapor ke Polisi Bali

Dalam insiden ini, turis/bule wanita tersebut mengalami penjambretan saat keluar dari salah satu beach club di Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung, dan kehilangan ponselnya.

Kejadian ini bukan hanya menjadi sorotan karena tindakan kriminalitasnya, tetapi juga karena perlakuan yang tidak semestinya yang diterima turis/bule tersebut saat berusaha melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian.​

Dibawah ini POS VIRAL akan membahas sampai tuntas mengenai Bule Kolombia yang disuruh bayar Rp200 ribu saat melapor ke Polisi Bali ini.

Kronologi Kejadian Permintaan Uang

Insiden ini terjadi pada hari tertentu ketika turis/bule tersebut yang tidak disebutkan namanya keluar dari beach club. Dalam perjalanan pulangnya, ia menjadi korban jambret yang berhasil mengambil ponselnya.

Setibanya di Polsek Kuta, turis/bule ini berusaha melaporkan kejadian penjambretan tersebut untuk mendapatkan surat keterangan, yang diperlukan untuk mengklaim asuransi. Sayangnya, tiba di polsek, dia malah diminta untuk membayar biaya administrasi sebesar Rp200 ribu, yang memperburuk situasi.

Mengacu pada ungkapan turis/bule tersebut, “Mereka (polisi) bilang Rp200 ribu. Aku rasa mereka hanya ingin uang untuk diri mereka sendiri,” situasi ini menunjukkan betapa mengecewakannya pengalaman tersebut bagi korban. Ia merasa seharusnya pihak berwenang memberikan perlindungan dan bantuan, namun yang terjadi justru sebaliknya.

Baca Juga: Mira Ulfa Viral Usai Ngaji Di Remix Musik DJ, Kini Dibina Polisi Syariah

Makna di Balik Permintaan Uang

Permintaan uang sebesar Rp200 ribu yang disampaikan oleh oknum polisi tidaklah biasa dan sangat mengecewakan, terutama bagi turis/bule yang merasa terancam dan ingin mendapatkan perlindungan.

Hal ini menunjukkan bahwa di dalam beberapa kasus, oknum tertentu dapat menyalahgunakan jabatan mereka untuk kepentingan pribadi. Turis itu mengungkapkan bahwa saat dia dilaporkan, polisi meminta uang tanpa memberikan tanda terima, yang merupakan tindakan tidak etis dan melanggar hukum.

Selama proses pelaporan, turis/bule tersebut diantar oleh seorang pengemudi online yang membantunya menuju Polsek Kuta. Tak hanya mengalami pengalaman pahit akibat kehilangan, ia juga merasa sangat dirugikan oleh pihak kepolisian yang seharusnya memberinya dukungan dan bantuan setelah insiden penjambretan.

Dia menambahkan, “Mereka membawaku ke ruangan kecil, kemudian dia meminta uang kepadaku,” memperlihatkan adanya ketidakpatutan dalam tindakan oknum tersebut yang seharusnya bertugas untuk melindungi masyarakat, bukan menjerat mereka dalam kesulitan.

Tanggapan Pihak Berwenang

Bule Kolombia Bayar Rp200 Ribu ke Polisi Bali

Menyikapi viralnya kejadian ini, pihak kepolisian di Bali, khususnya Kapolsek Kuta, AKP Agus Riwayanto Diputra, memberikan keterangan resmi. Ia mengonfirmasi bahwa dua anggota polisi yang terlibat dalam permintaan uang kepada turis/bule tersebut sedang diperiksa oleh Propam Polresta Denpasar.

Agus menjelaskan bahwa barang bukti berupa uang Rp200 ribu telah diamankan dan akan diproses sesuai dengan kode etik kepolisian.

Ia juga menambahkan bahwa jika terbukti bersalah, kedua oknum polisi berpangkat Aiptu yang sekarang sedang dalam masa pensiun terancam dipecat. Kasus ini menarik perhatian banyak pihak karena merupakan contoh nyata dari pungutan liar di jajaran kepolisian, yang seharusnya berfokus pada tugas melindungi dan melayani masyarakat.

Pernyataan Kapolsek Kuta menyebut bahwa “Barang bukti sudah diamankan oleh Propam Polresta Denpasar untuk diproses secara kode etik nantinya”. Mengindikasikan bahwa pihak kepolisian berupaya untuk menyelesaikan masalah ini dengan adil.

Selain itu, adanya informasi bahwa salah satu oknum polisi baru sembuh dari sakit stroke menambah kompleksitas kasus ini. Namun, masyarakat berharap bahwa tidak ada tempat bagi tindakan tidak etis dalam pelayanan publik, terlepas dari kondisi pribadi individu tersebut.

Dampak Terhadap Citra Bali

Kejadian ini menimbulkan berbagai reaksi di masyarakat, terutama di kalangan warganet. Banyak dari mereka merasa malu dan kesal mengetahui bahwa tindakan pungutan liar tersebut menyasar seorang turis asing di Indonesia, terutama di daerah wisata seperti Bali.

Bali, yang dikenal dengan keindahan alamnya dan keramahan penduduk lokal, kini disorot karena perlakuan buruk yang diterima turis tersebut dari pihak kepolisian.

Tindakan oknum polisi ini berpotensi merusak citra Bali sebagai tujuan wisata yang aman dan ramah. Dalam kasus ini, biarpun Bali adalah salah satu tujuan wisata terfavorit di dunia. Tindakan pungutan liar seperti ini dapat mengakibatkan dampak jangka panjang yang merugikan sektor pariwisata dan ekonomi lokal.

Wisatawan mungkin ragu untuk berkunjung ke tempat yang memiliki reputasi buruk dalam hal layanan publik dan keamanan.

Respon dari Komunitas

Setelah viral dan mendapat perhatian luas, seiring dengan banyaknya netizen yang berbagi pengalaman serupa. Situasi ini berpotensi memicu perubahan dalam kebijakan di kalangan kepolisian.

Komunitas lokal dan wisatawan yang terekspos dengan insiden ini menginginkan lebih banyak transparansi dan akuntabilitas dalam pelayanan keamanan. Ada seruan untuk tindakan tegas terhadap oknum polisi yang terlibat dalam praktik pungli, agar hal ini tidak terulang di masa depan.

Melalui media sosial, suara masyarakat piyal mendaming diharapkan dapat memberikan tekanan pada institusi terkait. Untuk melakukan reformasi dan pelatihan ulang bagi anggota polisi mengenai etika dan kewajiban mereka dalam melayani publik.

Pendidikan dan kesadaran akan hak-hak masyarakat dalam berurusan dengan penegak hukum adalah hal yang penting agar masyarakat merasa aman dan terjamin.

Kesimpulan

Insiden yang dialami oleh turis/bule asal Kolombia ini memberikan gambaran jelas tentang pentingnya integritas dalam pelayanan publik. Kejadian ini menunjukkan bahwa masih ada tantangan besar yang harus dihadapi. Untuk memastikan keamanan dan perlindungan bagi seluruh individu, termasuk wisatawan, di Indonesia.

Pembelajaran dari kejadian ini seharusnya mendorong semua pihak, termasuk pemerintah dan institusi kepolisian. Untuk lebih serius dalam mengatasi masalah pungutan liar dan memberikan kenyamanan bagi masyarakat.

Melalui penyelidikan yang sedang berlangsung dan respons dari pihak kepolisian, ada harapan bahwa tindakan tegas dapat diambil terhadap oknum yang terlibat. Dan bahwa langkah-langkah preventif dapat diimplementasikan untuk mencegah terulangnya insiden serupa.

Bali diharapkan dapat kembali menjadi simbol pariwisata yang tidak hanya indah. Tetapi juga aman dan terpercaya, yang akan membawa manfaat bagi penduduk lokal dan wisatawan yang berkunjung. Ketahui lebih banyak informasi terupdate dan terviral liannya hanya dengan mengklik link BERITA TERVIRAL ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Home
Channel
Search