Operasi brutal Mossad Israel yang dikenal juga sebagai salah satu badan intelijen paling efektif di dunia, terutama dalam menjalankan operasi pembunuhan terhadap para pemimpin dan pejuang Palestina serta musuh-musuh Israel lainnya.
Melalui operasi mata-mata, penyusupan, dan pembunuhan, Mossad memainkan peran kunci dalam konflik regional, termasuk serangan ke Iran melalui operasi Rising Lion. Dibawah POS VIRAL akan membahas secara lengkap tenatng operasi brutal Mossad ini.
Target dan Metode Pembunuhan Mossad
Mossad menggunakan berbagai metode pembunuhan yang sangat terencana dan profesional, mulai dari racun, penembak jitu, hingga peledakan bom. Contohnya adalah pembunuhan ilmuwan Palestina Fadi Al Batsh di Kuala Lumpur pada April 2018, yang ditembak oleh dua orang tak dikenal saat berjalan menuju masjid. Al Batsh sudah lama menjadi target Mossad karena kontribusinya dalam bidang energi dan dianggap sebagai “loyalis” oleh Israel.
Selain itu, pada Juli 2024, Mossad diduga mengebom pemimpin Hamas Ismael Haniyeh di Teheran, Iran. Bom tersebut dipasang di kamar penginapan Haniyeh dan diledakkan dari jarak jauh dengan teknologi canggih, termasuk kecerdasan buatan (AI). Keberhasilan operasi ini menunjukkan kemampuan Mossad menembus sistem keamanan Iran yang ketat.
Proses Identifikasi dan Persetujuan Target
Identifikasi target pembunuhan dilakukan melalui pengumpulan intelijen yang ketat, melibatkan berbagai unit dalam militer dan badan intelijen Israel. Komunikasi antara Hamas di Gaza, Istanbul, dan Beirut diawasi secara intensif oleh jaringan Mossad, yang memudahkan pemilihan target seperti Al Batsh.
Setelah pengumpulan data, unit khusus Mossad menyusun berkas target dan menyerahkannya kepada Komite Layanan Intelijen Israel yang dikenal dengan VARASH (Vaadan Rashei Ha-sherutim). Komite ini terdiri atas pimpinan organisasi intelijen Israel dan memberikan masukan terkait operasi, meskipun tidak memiliki kewenangan hukum untuk menyetujui operasi tersebut.
Setelah persetujuan, perencanaan dan pelaksanaan operasi dilakukan oleh Mossad, yang bisa memakan waktu berminggu-minggu hingga bertahun-tahun, tergantung kompleksitas target.
Unit Caesarea dan Kelompok Pembunuh Kidon
Unit Caesarea adalah cabang operasi penyamaran Mossad yang didirikan pada awal 1970-an oleh mata-mata terkenal Israel, Mike Harari. Pasukan ini bertugas menanam dan menjalankan jaringan mata-mata di seluruh dunia. Dengan fokus khusus pada negara-negara Arab dan kawasan Timur Tengah. Caesarea memanfaatkan jaringan mata-mata yang luas untuk mengumpulkan informasi intelijen dan melakukan pengawasan terhadap target-target yang sedang atau akan menjadi sasaran operasi Mossad.
Saat tidak sedang aktif dalam operasi pembunuhan, unit ini juga berfungsi sebagai pusat pengumpulan data intelijen dan pengawasan yang sangat ketat terhadap musuh-musuh Israel. Di dalam unit Caesarea terdapat kelompok pembunuh profesional yang dikenal dengan nama Kidon, yang berarti “bayonet” dalam bahasa Ibrani. Kidon merupakan unit elit yang terdiri dari para pembunuh terlatih. Biasanya direkrut dari cabang militer Israel, termasuk tentara dan pasukan khusus.
Mereka ahli dalam operasi sabotase dan pembunuhan rahasia, dan bertanggung jawab mengeksekusi target-target penting seperti para pejuang dan pemimpin Palestina, serta agen-agen dari Suriah, Lebanon, Iran, dan Eropa. Kidon dikenal sebagai regu pembunuh yang sangat profesional dan rahasia, yang telah melaksanakan ribuan misi pembunuhan sebagai bagian dari kebijakan pembunuhan Israel yang telah berlangsung sejak Perang Dunia II.
Operasi-operasi mereka sering kali dilakukan secara senyap dan dengan perencanaan matang, menggunakan berbagai metode mulai dari racun hingga serangan bersenjata.
Baca Juga:
Operasi Terkenal dan Kontroversial Mossad
Mossad telah melakukan sejumlah operasi pembunuhan yang kontroversial dan berdampak besar. Selain pembunuhan Fadi Al Batsh dan Ismael Haniyeh, Mossad juga diduga terlibat dalam kematian pemimpin Palestina Yasser Arafat pada 2004 yang diyakini akibat diracun. Mossad juga bertanggung jawab atas pembunuhan Khalil al-Wazir (Abu Jihad) pada 1988 di Tunisia dan sejumlah aktivis Palestina di berbagai negara.
Selain itu, Mossad menjalin kerja sama dengan 18 badan intelijen Barat untuk membunuh aktivis Palestina di luar negeri. Seperti pembunuhan Mahmoud al-Hamshari di Paris dan Mohamed Boudia di Swiss dan Prancis.
Teknik dan Teknologi Operasi Pembunuhan
Mossad dikenal menggunakan teknik dan teknologi yang sangat canggih dan inovatif dalam melaksanakan operasi pembunuhan mereka. Salah satu contoh paling mencolok adalah pembunuhan pemimpin Hamas, Ismael Haniyeh, di Teheran pada Juli 2024. Dalam operasi ini, Mossad menggunakan bom yang dipasang secara tersembunyi di kamar penginapan Haniyeh dan diledakkan dari jarak jauh dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Penggunaan AI memungkinkan eksekusi ledakan yang sangat presisi dan terkoordinasi, meminimalkan risiko kegagalan dan memaksimalkan dampak. Teknologi ini juga memungkinkan Mossad untuk menghindari deteksi oleh sistem keamanan Iran yang sangat ketat. Ini menunjukkan tingkat keahlian dan inovasi tinggi dalam operasi-operasi rahasia mereka.
Selain penggunaan teknologi AI, Mossad juga memanfaatkan metode tradisional yang dimodernisasi untuk meningkatkan efektivitas dan mobilitas dalam pembunuhan target. Contohnya adalah pembunuhan ilmuwan Palestina Fadi Al Batsh di Kuala Lumpur pada 2018. Di mana para eksekutor menggunakan sepeda motor untuk melakukan penembakan cepat dan efisien.
Dampak dan Implikasi Operasi Mossad
Operasi pembunuhan Mossad, khususnya kematian pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada Juli 2024, telah menimbulkan dampak yang sangat signifikan terhadap dinamika politik dan keamanan di Timur Tengah. Pembunuhan Haniyeh, yang merupakan tokoh kunci dalam negosiasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Diperkirakan akan menghambat proses perdamaian yang sedang berjalan dan memperumit upaya pembebasan sandera di Gaza.
Hamas menganggap tindakan ini sebagai eskalasi serius yang dapat memperluas konflik dan meningkatkan perlawanan. Sementara Otoritas Palestina di Ramallah menyatakan kekhawatiran bahwa pembunuhan tersebut membuka “pintu neraka” dan menghilangkan harapan untuk mengakhiri permusuhan.
Selain itu, pembunuhan Haniyeh juga berpotensi merusak peluang rekonsiliasi antara faksi-faksi Palestina yang sedang berupaya bersatu. Sehingga memperpanjang konflik internal Palestina yang selama ini menghambat stabilitas kawasan.
Kesimpulan
Operasi brutal Mossad yang dimana merupakan badan intelijen yang sangat terorganisir dan brutal dalam menjalankan operasi pembunuhan terhadap musuh-musuh Israel. Dengan unit khusus seperti Caesarea dan Kidon, Mossad mampu mengeksekusi target dengan metode profesional dan teknologi mutakhir. Operasi-operasi ini telah membentuk sejarah konflik Israel dengan Palestina, Iran, dan negara-negara lain di kawasan,. Dengan dampak yang luas pada politik dan keamanan regional.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang semua informasi lainnya hanya di POS VIRAL.
Sumber Informasi Gambar:
1. Gambar pertama dari cnnindonesia.com
2. Gambar Kedua dari detiknews.com