Salsa Erwina Hutagalung dikenal sebagai aktivis yang vokal dalam memperjuangkan pemberantasan korupsi di Indonesia.
Dalam sebuah unggahan di media sosial, ia menekankan bahwa koruptor, seperti Immanuel Ebenezer alias Noel, harus dihukum mati sebagai bentuk efek jera dan untuk menunjukkan bahwa negara serius dalam memberantas korupsi.
Pernyataan Salsa ini muncul setelah kasus Noel yang terjerat dalam operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan pemerasan dalam pengurusan sertifikasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Kementerian Ketenagakerjaan.
Noel sebelumnya dikenal sebagai sosok yang lantang menyerukan agar koruptor dihukum mati. Namun kini dirinya sendiri menjadi tersangka dalam kasus korupsi.
Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran POS VIRAL.
Profil Singkat Salsa Erwina Hutagalung
Salsa Erwina Hutagalung adalah seorang perempuan muda yang berasal dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan politik.
Serta memiliki pandangan kritis terhadap isu-isu yang berkembang di masyarakat. Salsa juga dikenal sebagai pembawa acara dalam podcast “Jadi Dewasa 101”, yang membahas berbagai topik seputar kehidupan dan politik.
Keberanian Salsa dalam menyuarakan pendapatnya terlihat jelas ketika ia menantang Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni. Untuk berdiskusi terbuka mengenai isu-isu yang menjadi sorotan publik.
Tantangan ini menunjukkan bahwa Salsa tidak takut untuk menghadapi tokoh-tokoh politik dan siap untuk berdiskusi mengenai kebijakan-kebijakan yang berpengaruh terhadap masyarakat.
POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

Pernyataan Kontroversial Salsa
Dalam sebuah wawancara eksklusif, Salsa menegaskan bahwa koruptor seperti Immanuel Ebenezer (Noel) harus dihukum mati. Menurutnya, tindakan korupsi yang dilakukan oleh pejabat publik tidak hanya merugikan negara secara finansial, tetapi juga mencoreng nama baik institusi pemerintah dan merusak kepercayaan masyarakat.
Ia menambahkan bahwa hukuman mati adalah bentuk pertanggungjawaban moral dan hukum yang sebanding dengan dampak yang ditimbulkan oleh tindakan korupsi. Selain itu, pernyataan Salsa juga menjadi sorotan karena dianggap ekstrem oleh sebagian pihak.
Banyak yang menilai pandangannya sebagai simbol protes keras terhadap praktik korupsi yang merajalela. Tetapi ada juga yang menyoroti implikasi etis dan hukum dari hukuman mati bagi pelaku korupsi.
Kontroversi ini memicu diskusi luas di media sosial, forum publik, dan kalangan akademisi tentang efektivitas hukuman berat, termasuk hukuman mati. Dalam memberantas korupsi dan bagaimana hal ini seharusnya diterapkan secara adil dan konsisten dalam sistem hukum Indonesia.
Baca Juga:
Video Pernyataan Salsa yang Viral di Media Sosial
Video pernyataan Salsa Erwina Hutagalung mengenai hukuman mati bagi koruptor menjadi viral di berbagai platform media sosial, termasuk X (sebelumnya Twitter), Instagram, dan YouTube.
Dalam video tersebut, Salsa tampil tegas dan lugas, menekankan bahwa tidak ada toleransi bagi koruptor. Termasuk pejabat publik yang memiliki kekuasaan besar.
Ia menyoroti kasus Immanuel Ebenezer (Noel) sebagai contoh nyata bagaimana seorang yang sempat menjadi simbol anti-korupsi justru terjerat praktik korupsi. Sehingga menegaskan urgensi hukuman yang setimpal untuk mencegah tindakan serupa di masa depan.
Respons netizen terhadap video ini sangat beragam. Banyak pengguna media sosial yang mendukung pernyataannya dan menilai hukuman mati dapat memberikan efek jera bagi koruptor lain. Sementara sebagian pihak mempertanyakan etika dan implikasi hukum dari hukuman ekstrem tersebut.
Video ini kemudian menjadi bahan diskusi luas di forum-forum publik, grup diskusi, dan komentar media daring, yang menunjukkan bahwa pernyataan Salsa tidak hanya memicu perdebatan. Tetapi juga menghidupkan kembali diskusi mengenai efektivitas hukuman mati dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.
Immanuel Ebenezer (Noel): Aktivis Antikorupsi ke Tersangka Korupsi
Immanuel Ebenezer, yang lebih dikenal dengan nama Noel, pernah dikenal sebagai aktivis antikorupsi yang lantang menyerukan pemberantasan praktik korupsi di Indonesia. Ia secara konsisten mendukung kebijakan hukuman berat, termasuk hukuman mati, bagi para koruptor, dan sering tampil di berbagai forum serta media untuk mengkritik pejabat publik yang menyalahgunakan kekuasaan.
Reputasinya sebagai pejuang anti-korupsi membuat banyak pihak memandangnya sebagai simbol integritas dan komitmen terhadap transparansi pemerintahan.
Namun, ironisnya, pada pertengahan 2025, Noel terjerat kasus korupsi yang mengagetkan publik. Ia ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam dugaan pemerasan terkait sertifikasi K3, sebuah tindakan yang sangat bertentangan dengan citra antikorupsi yang selama ini ia junjung.
Kasus ini menimbulkan kontroversi besar, memicu perdebatan tentang konsistensi dan kredibilitas tokoh publik dalam memperjuangkan nilai-nilai yang selama ini mereka dukung. Sekaligus menimbulkan pertanyaan etis mengenai hukuman yang pantas bagi mereka yang pernah menjadi advokat pemberantasan korupsi namun terbukti melakukan tindakan yang sama.
Terima kasih atas waktunya. Semoga informasi ini bisa membantu Anda dan siap menghadapi situasi apa pun. Kunjungi kami lagi untuk terus mendapatkan kabar viral dan update terkini lainnya di POS VIRAL.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari www.konteks.co.id
- Gambar Kedua dari ebrita.com