Sekjen KAJ Beber Adi Prasojo, cerita soal obrolan santai dan kebersamaannya sama Kardinal Ignatius Suharyo sebelum acara penting, yaitu Conclave, dimulai.
Buat yang belum tahu, Conclave ini adalah proses pemilihan Paus baru untuk Gereja Katolik yang diadakan di Vatikan. Nah, si Kardinal Suharyo sendiri yang dari Indonesia ini ternyata jadi salah satu “elektor” alias salah satu dari kardinal yang punya hak pilih dalam Conclave.
Tapi sebelum cerita lebih jauh, yuk kita kupas dulu gimana suasana dan obrolan mereka yang jauh dari kata formal tapi penuh makna.
Persiapan Sebelum Conclave Dimulai
Adi Prasojo, sebagai sekjen KAJ, ikut mendampingi Kardinal Suharyo ke Vatikan. Soalnya syarat utama untuk jadi elektor Paus itu usianya harus di bawah 80 tahun, dan Suharyo memenuhi syarat itu. Jadi, kesempatan ini jelas spesial banget buat dia dan tentunya buat Indonesia juga. Mereka ketemu terakhir kali dan sempat ngobrol pada hari Selasa, sehari sebelum Conclave resmi dibuka.
Ngomong-ngomong obrolan mereka, sekjen KAJ ini bercerita sambil ketawa, katanya mereka sengaja becanda soal kapan bisa cepat pulang. “Obrolan kami, ‘aduh kapan ya kita pulang malah mau cepat-cepat pulang,’” katanya ringan sambil tertawa. Dari obrolan itu, kita bisa lihat sisi manusiawi dan keakraban di balik rutinitas yang so serious banget seperti Conclave ini.
| POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!
Suasana Saat Conclave Berlangsung
Nah, setelah Conclave mulai, si kardinal-kardinal elektor ini ditempatkan dalam satu ruangan khusus yang benar-benar terisolasi dari dunia luar. Mereka nggak boleh bawa alat komunikasi apapun supaya nggak ada intervensi dari luar selama proses pemilihan ini. Bahkan, mereka disumpah untuk bener-bener jaga kerahasiaan informasi yang masuk dan keluar selama Conclave.
Tapi sebelum pemilihan dimulai, ada acara yang namanya pre-conclave. Di sini para kardinal kumpul pagi dan sore untuk ngobrol-ngobrol soal masa depan Gereja Katolik dan bagaimana sosok Paus baru yang diharapkan. Dari penjelasan Adi, para kardinal ini saling berbagi pendapat dari berbagai sudut pandang. Bukan cuma soal agama saja tapi juga keilmuan lain. Mereka juga mewakili kelompok bahasa yang berbeda, mulai dari bahasa Inggris, Spanyol, Prancis, Jerman sampai Italia.
Baca Juga: Anthony Albanese Menang Pemilu lagi, PM Australia Bakal Kunjungi Indonesia
Harapan Kardinal Suharyo untuk Paus Baru
Dalam kesempatan itu, Kardinal Suharyo juga cerita harapannya soal sosok Paus yang terpilih nanti. Dia ingin sosok tersebut bisa bawa Gereja Katolik jadi lebih relevan dan penting di dunia yang semakin modern dan dinamis. Bisa dibilang, harapan ini nggak jauh dari apa yang sudah ditunjukkan oleh Paus Fransiskus selama masa kepausannya.
Paus Fransiskus dikenal karena fokusnya soal perdamaian, kebijakan yang inklusif, hingga perhatian khusus kepada kelompok miskin dan yang terpinggirkan. Jadi, harapan Kardinal Suharyo, Paus baru nanti juga punya jiwa terbuka dan nggak konservatif atau tradisionalis banget, supaya bisa terus melanjutkan dan kembangkan arah positif yang sudah ada.
Siapa Saja yang Jadi Kandidat?
Dalam Conclave kali ini, ada 133 kardinal elektor yang ikut, dan banyak dari mereka datang dari negara berkembang alias global south. Nah, beberapa nama yang cukup santer jadi kandidat kuat Paus baru adalah Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina dan Kardinal Pietro Parolin dari Italia.
Tapi jangan salah, sebenarnya nama-nama yang muncul di publik belum tentu yang jadi pilihan final. Bisa saja ada kejutan dari nama-nama lain yang selama ini nggak banyak diketahui orang tapi justru dipilih jadi pemimpin Gereja Katolik ke depan.
Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang Berita Viral Hari Ini yang akan kami berikan setiap harinya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Utama dari www.cnnindonesia.com