Friday, April 25POS VIRAL
Shadow

Seribu Luka di Balik Tawa: Kekerasan dan Pelecehan Eks Pemain Sirkus OCI!

Kekerasan eks pemain Sirkus OCI terungkap melalui pengakuan tragis mantan anggota yang mengalami pelecehan dan eksploitasi sejak usia balita.

Seribu Luka di Balik Tawa: Kekerasan dan Pelecehan Eks Pemain Sirkus OCI!

Di balik gemerlap dan kemeriahan panggung Oriental Circus Indonesia (OCI) yang memukau ribuan penonton, tersimpan luka dan jeritan pilu dari para mantan pemain sirkus yang telah lama terpendam. Pada Rabu, 23 April 2025, cerita kelam tentang penyiksaan dan pelecehan seksual yang dialami para pemain sirkus OCI mengemuka dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XIII DPR RI di Jakarta.

Kisah nyata ini membuka tabir gelap yang selama ini tersembunyi di balik pertunjukan megah yang memikat hati.  Dibawah ini POS VIRAL akan membahas tentang kekerasan Eks pemain sirkus OCI.

tebak skor hadiah pulsabanner-free-jersey-timnas

Kisah Pilu Para Mantan Pemain Sirkus

Fifi Nurhidayah dan Vivi Nur Hidayah adalah dua dari sekian banyak mantan pemain sirkus OCI yang mengungkapkan penderitaan mereka di hadapan publik dan para wakil rakyat. Fifi, yang dibawa ke OCI saat masih sangat muda. Menceritakan betapa kehidupan di sirkus bukanlah seindah yang terlihat dari luar. Banyak kali ia mengalami kekerasan fisik yang tak berperikemanusiaan, mulai dari pukulan, tendangan, hingga cambukan rotan jika pertunjukan tidak berjalan sesuai harapan.

Hidup dalam ketakutan yang terus menerus dan tanpa pelindungan. Fifi rela melarikan diri namun dikejar dan ditangkap kembali, menerima hukuman yang semakin menyakitkan badannya dan jiwanya. Kisah Vivi tak kalah memilukan. Ia bergabung dengan OCI sejak berusia empat tahun dan sudah merasakan kekerasan sejak kecil.

Di Taman Safari Indonesia, tempat OCI beroperasi, Vivi mengaku bahwa penyiksaan fisik dan verbal kian sering terjadi. Bahkan sampai alat vitalnya disetrum dengan alat yang disebut “setruman gajah”. Meski ia minta ampun dan mengeluh dengan kondisi lemas. Ia malah menerima pukulan yang semakin parah. Vivi juga mengalami penyiksaan seperti ditarik rambut, memukul kepala ke dinding, sampai dipasung selama dua minggu dalam kondisi yang sangat menyakitkan.

POSVIRAL hadir di saluran wahtsapp, silakan JOIN CHANNEL

Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

aplikasi nonton bola shotsgoal apk

Pelanggaran HAM Berat dan Eksploitasi Anak

Cerita-cerita ini bukan sekadar duka yang biasa, tetapi menyingkap dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang serius. Termasuk kerja paksa, perbudakan, dan pemisahan anak dengan orang tuanya sejak usia balita. Beberapa pemain sirkus bahkan tidak pernah mendapatkan dokumen identitas resmi, pendidikan formal, ataupun gaji selama bertahun-tahun. Mereka hidup dalam kondisi yang melampaui batas kemanusiaan dengan ancaman, penyiksaan, dan pelecehan yang sistematis.

Seorang korban bernama Butet mengungkapkan bahwa ia tidak tahu siapa orang tua kandungnya karena sejak kecil sudah diambil oleh keluarga pemilik OCI dan diberi nama baru. Butet juga pernah dipaksa makan kotoran hewan sebagai hukuman, mengalami pemukulan, dirantai kakinya, dan bahkan dipisahkan dari anaknya sendiri yang lahir saat ia masih terlibat di sirkus. Ia menceritakan bahwa setelah melahirkan, anaknya diambil oleh pemilik OCI dan dibesarkan terpisah dari dirinya.

Baca Juga: 

Tanggapan dan Perjuangan Hukum

Tanggapan dan Perjuangan Hukum

Kasus ini mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Wakil Menteri Hak Asasi Manusia, Mugiyanto, menyatakan ada indikasi pelanggaran HAM yang sangat jelas seperti perbudakan. Kekerasan fisik dan seksual, serta pelanggaran hak atas pendidikan dan identitas. Kementerian HAM berjanji akan melakukan penyelidikan mendalam dan koordinasi dengan instansi terkait untuk mencegah kejadian tragis serupa terulang.

Namun, proses hukum menghadapi banyak tantangan. Ahli psikologi forensik Reza Indragiri menyerukan masyarakat untuk melakukan boikot terhadap Taman Safari Indonesia. Sebagai bentuk sanksi sosial karena jalur pidana sulit dilakukan karena kasus ini terjadi sebelum regulasi kuat tentang tindak pidana perdagangan orang dan eksploitasi anak diberlakukan. Ia juga menyebutkan bahwa negara memiliki tanggung jawab atas kelambanan perlindungan terhadap para korban yang dilaporkan sejak 1997 namun tak ditindaklanjuti serius.

Sementara itu, pihak Taman Safari Indonesia menyatakan bahwa OCI dan Taman Safari merupakan entitas hukum yang berbeda dan membantah keterlibatan langsung dalam kasus ini. Mereka juga menyangkal tuduhan kekerasan berat. Menyebutkan bahwa hanya ada bentuk pukulan ringan sebagai bentuk disiplin yang juga mereka klaim wajar sebagai aturan dalam pelatihan sirkus.

Semangat Korban untuk Membangun Masa Depan

Meski terpuruk dengan trauma dan luka batin yang mendalam. Para mantan pemain sirkus OCI tidak hanya mencari keadilan hukum, tetapi juga bersemangat untuk membangun kembali hidup mereka dan mengedukasi masyarakat tentang realita kelam di balik pertunjukan sirkus. Mereka berharap kisah mereka dapat menjadi pembelajaran bagi publik agar tidak ada lagi eksploitasi dan kekerasan serupa muncul di masa depan.

Cerita mereka menjadi pengingat kuat bahwa di balik kemewahan dan hiburan yang mempesona. Ada manusia yang telah menderita secara fisik dan psikologis, yang hak-hak dasarnya dilanggar dengan kejam. Kisah seribu jeritan ini pantas didengar dan menjadi suara yang mampu menggerakkan perubahan sistemik demi perlindungan hak anak dan pekerja dalam industri hiburan.

Kesimpulan

Dibalik gemerlap pertunjukan sirkus Oriental Circus Indonesia, tersimpan wajah kelam penuh duka yang dialami para mantan pemain sirkus anak. Penderitaan berupa penyiksaan fisik, pelecehan seksual, kerja paksa. Dan penghilangan hak atas identitas serta pendidikan telah membentuk sejarah kelam yang perlu diusut tuntas.

Perhatian publik dan dukungan terhadap perjuangan para korban sangat diperlukan. Agar keadilan ditegakkan dan tidak ada lagi anak-anak yang harus menanggung nasib serupa di masa depan. Kasus ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat tentang urgensi perlindungan anak dan hak asasi manusia dalam semua sektor, termasuk hiburan.

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca informasi ini. Semoga informasi yang diberikan bermanfaat. Jangan ragu datang kembali untuk mengetahui lebih banyak lagi informasi yang ada di POS VIRAL.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari Indo Bali News
  2. Gambar Kedua dari Poskota

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tele Grup
Channel WA
Grup FB
Search