Rentetan peristiwa teror yang menimpa kantor redaksi Tempo dalam beberapa waktu terakhir telah menimbulkan kegelisahan di kalangan jurnalis dan siapa sih pemilik redaksi Tempo?
Mulai dari kiriman kepala babi hingga bangkai tikus yang dipenggal, serangkaian ancaman ini jelas merupakan upaya untuk mengintimidasi dan membungkam suara kritis media. Di tengah situasi yang mengkhawatirkan ini, pertanyaan mengenai siapa sebenarnya pemilik redaksi Tempo terus bermunculan. Mari kita bahas lebih dalam mengenai kasus ini.
Rentetan Teror yang Menimpa Tempo
Aksi teror terhadap Tempo dimulai pada 19 Maret 2025, ketika sebuah paket berisi kepala babi dikirimkan ke kantor redaksi. Paket tersebut ditujukan kepada Francisca Christy Rosana, seorang wartawan desk politik dan host siniar “Bocor Alus Politik”. Kejadian ini sontak membuat pihak redaksi Tempo melaporkannya ke Mabes Polri dengan didampingi oleh Koalisi Keselamatan Jurnalis.
Tidak berhenti sampai di situ, teror kembali berlanjut pada Sabtu, 22 Maret 2025, dengan ditemukannya enam ekor bangkai tikus yang kepalanya sudah dipenggal di kantor Tempo. Penemuan ini semakin memperjelas bahwa serangkaian kejadian ini bukanlah insiden acak, melainkan upaya yang terencana untuk mengintimidasi dan mengganggu kerja jurnalistik Tempo. Polisi pun bergerak cepat dengan melakukan olah TKP dan penyelidikan lebih lanjut.
Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, turut mengecam tindakan teror ini. Ketua Dewan Pers, Nijik Rahayu, juga meminta agar aparat penegak hukum mengusut tuntas pelaku teror, karena jika dibiarkan, teror seperti ini akan terus berulang.
Goenawan Mohamad dan Sejarah Pendirian Tempo
Untuk memahami lebih dalam mengenai Tempo, penting untuk melihat sejarah pendiriannya. Majalah Tempo didirikan pada tahun 1971 oleh Goenawan Mohamad dan kawan-kawan. Goenawan Mohamad, seorang wartawan dan budayawan kelahiran Batang, Jawa Tengah, menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Tempo dari tahun 1971 hingga dua tahun sebelum Tempo dibredel pada tahun 1994.
Selain Goenawan Mohamad, terdapat lima wartawan lain yang turut mendirikan Tempo, yaitu Harjoko Trisnadi, Fikri Jufri, Lukman Setiawan, Usamah, dan Christianto Wibisono. Mereka berunding dengan Ciputra selaku pendiri/ketua Yayasan Jaya Raya, serta Eric Samola yang menjabat sebagai sekretaris. Hasil perundingan tersebut menyepakati pembentukan majalah Tempo yang dimodali oleh Yayasan Jaya Raya.
POSVIRAL hadir di saluran wahtsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

Filosofi Tempo
Filosofi Tempo tergambar dalam pengantar edisi pertama Tempo, Maret 1971. Ketika itu Goenawan Mohamad menulis:
- Asas jurnalisme kami bukanlah jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya bahwa kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya bahwa tugas pers bukanlah menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian. Jurnalisme majalah ini bukanlah jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba.
- Nilai budaya Tempo adalah tepercaya, merdeka, dan profesional. Tepercaya didefinisikan sebagai menjunjung tinggi nilai kejujuran, integritas, dan konsistensi. Merdeka adalah memberikan ruang untuk kebebasan, berfikir, dan berekspresi. Sedangkan profesional adalah memiliki kompetensi yang tinggi di bidangnya.
Struktur Kepemilikan Tempo Media Group
Pemilik Redaksi Tempo Media Group terdistribusi di antara beberapa entitas, mencerminkan model yang unik dalam industri media di Indonesia. PT Grafiti Pers memegang saham terbesar dengan 24,28%, diikuti oleh Yayasan Tempo 21 Juni 1994 (17,13%), PT Jaya Raya Utama (16,28%), Yayasan Pembangunan Jaya Raya (8,54%), Yayasan Karyawan Tempo (8,28%), dan kepemilikan publik sebesar 25,49%.
Distribusi ini menunjukkan adanya keterlibatan berbagai pihak, termasuk yayasan yang terkait dengan sejarah pendirian Tempo serta partisipasi publik melalui saham. Keunikan struktur kepemilikan ini terletak pada keberadaan PT Grafiti Pers, yang didirikan oleh Yayasan Jaya Raya dan PT Pikatan pada tahun 1974 dengan komposisi saham 50:50.
PT Pikatan sendiri dibentuk dengan tujuan memberikan kesempatan kepada karyawan Tempo untuk memiliki saham dalam perusahaan, sebuah langkah progresif pada masanya yang bertujuan untuk meningkatkan rasa memiliki dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Struktur ini mencerminkan komitmen Tempo terhadap independensi dan partisipasi internal dalam pengelolaan perusahaan.
Baca Juga:
Pemimpin Redaksi Tempo dari Masa ke Masa
Sejak didirikan, Tempo telah mengalami beberapa kali pergantian pemimpin redaksi. Setelah Goenawan Mohamad, tampuk kepemimpinan diserahkan kepada Bambang Harymurti. Berikut adalah daftar pemimpin redaksi Tempo dari masa ke masa:
- Goenawan Mohamad (1971–1999)
- Bambang Harimurti (1999–2006)
- Toriq Hadad (2006–2010)
- Wahyu Muryadi (2010–2013)
- Arif Zulkifli (2013–2019)
- Wahyu Dhyatmika (2019–2021)
- Setri Yasra (2021–sekarang)
Setri Yasra
Setri Yasra saat ini menjabat sebagai pemimpin redaksi Tempo, memegang tampuk kepemimpinan di tengah gelombang teror yang menimpa redaksi. Di bawah arahannya, Tempo terus berupaya mempertahankan independensi dan kualitas jurnalistiknya, sebuah komitmen yang semakin krusial di tengah tekanan yang meningkat.
Peristiwa teror, termasuk pengiriman bangkai tikus, menjadi bukti nyata upaya untuk mengintimidasi dan membungkam suara kritis Tempo. Sebelum insiden bangkai tikus, redaksi Tempo juga menerima pesan ancaman melalui media sosial, yang memperjelas intensi pelaku untuk terus melancarkan teror.
Akun Instagram @derrynoah, pada 21 Maret 2025, mengirimkan pesan ancaman yang mengerikan, menyatakan akan terus meneror “sampai mampus kantor kalian”. Ancaman ini bukan hanya ditujukan kepada individu, tetapi juga merupakan serangan terhadap kebebasan pers dan upaya untuk menghalangi Tempo dalam menjalankan fungsi pengawasan dan penyampaian informasi kepada publik.
Respons berbagai pihak
Teror terhadap Tempo menuai respons berbagai pihak. Direktur Amnesty International Indonesia Usman Hamid mendesak otoritas negara, termasuk aparat, segera menginvestigasi teror ke kantor Tempo yang sudah terjadi dua kali dalam beberapa hari belakangan ini.
“Polisi harus segera mengungkap pelaku maupun dalang di balik rentetan teror terhadap Tempo,” kata Usman Hamid melalui keterangan tertulis pada Ahad, 22 Maret 2025.
Ketua Dewan Pers Nijik Rahayu sebelumnya juga meminta agar aparat penegak hukum mengusut tuntas pelaku teror. Sebab, kata Ninik, apabila dibiarkan maka teror seperti ini akan terus berulang.
Independensi Tempo di Tengah Tekanan
Tempo dikenal sebagai media yang kritis dan berani mengungkap fakta-fakta yang mungkin tidak disukai oleh pihak-pihak tertentu. Hal ini tidak jarang menimbulkan tekanan dan ancaman terhadap Tempo, seperti yang terjadi saat ini.
Namun, Tempo tetap berkomitmen untuk menjalankan tugas jurnalistiknya secara profesional dan independen. Dengan dukungan dari masyarakat dan seluruh pihak yang peduli terhadap kebebasan pers, diharapkan Tempo dapat terus bertahan dan menjadi garda terdepan dalam mengawal demokrasi dan kebenaran.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi viral terupdate lainnya hanya di POS VIRAL.
Sumber Informasi Gambar:
1. Gambar Pertama dari Mekora.id
2. Gambar Kedua dari Tempo.co