Tragedi Cirebon mengungkap skema tebusan bunga pinjaman yang berujung maut, menewaskan sosok Don Juan Arab penuh kontroversi.
Tragedi ini bermula dari urusan utang yang tampak sepele, namun berakhir dengan kematian mengenaskan. Skema tebusan bunga pinjaman menyeret nama sosok yang dikenal sebagai “Don Juan Arab” ke pusaran konflik berbahaya.
Di balik kisah asmara dan rayuan, tersimpan tekanan finansial, ancaman, hingga keputusan fatal yang mengguncang Cirebon. Apa sebenarnya yang terjadi hingga nyawa melayang? Berikut POS VIRAL ini merangkum klarifikasi, serta isu yang berkembang di ruang publik secara berimbang dan faktual.
| POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Tragedi Kolonial Yang Menggemparkan Cirebon
Pada awal Juli 1924, Cirebon diguncang peristiwa pembunuhan sadis yang menyita perhatian luas media Hindia Belanda. Seorang warga Arab ditemukan tewas mengenaskan di selokan Jalan Bangka.
Kasus ini tidak hanya menjadi sorotan karena kekejamannya, tetapi juga karena latar belakang korban yang kontroversial. Surat kabar kolonial memberitakannya secara masif, mengungkap lapisan gelap praktik rentenir, penyalahgunaan kekuasaan, hingga dendam pribadi yang berujung maut.
Korban dikenal dengan dua nama dalam arsip surat kabar: Sech Saljad Soemali dan Sech Sahad Samali. Ia disebut sebagai sosok kaya raya yang menguasai praktik peminjaman uang berbunga tinggi di Cirebon. Namun, kekayaannya berjalan beriringan dengan reputasi buruk di tengah masyarakat.
Ayo Nikmati Keseruan Nonton Bola, Akses Tanpa Batas, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS aplikasi Shotsgoal. Segera download!
Don Juan Arab Dan Reputasi Kelamnya
Dalam pemberitaan De Sumatra Post, korban digambarkan sebagai lintah darat yang ditakuti sekaligus dibenci. Media kolonial bahkan menjulukinya “Don Juan” karena perilakunya terhadap perempuan. Saat menagih utang, ia kerap bersikap tidak senonoh dan memanfaatkan posisi ekonominya untuk menekan para peminjam.
Reputasi inilah yang membuat kematiannya menjadi perbincangan luas. Meski kaya dan berpengaruh, ia tidak memiliki simpati publik. Banyak pihak menduga bahwa kematiannya bukan semata perampokan, melainkan akumulasi dendam yang telah lama terpendam.
Baca Juga: Kisah Pilu WNI Korban TPPO, Dipulangkan Dari Kamboja Saat Hamil
Pembunuhan Sadis Dan Penyelidikan Polisi
Hasil visum menunjukkan korban mengalami luka parah: kepala terluka, dada tertembus peluru revolver, serta beberapa tusukan pisau di tubuhnya. Polisi meyakini pembunuhan dilakukan pada malam hari oleh lebih dari satu orang.
Setelah dibunuh, jasad korban diseret dan dibuang ke selokan untuk menghilangkan jejak. Penyelidikan mengungkap bahwa pelaku merampas kunci milik korban, lalu mendatangi rumahnya.
Brankas dibongkar dan isinya—uang tunai serta dokumen berharga senilai puluhan ribu gulden—dibawa kabur. Namun, polisi menyimpulkan bahwa perampokan hanyalah konsekuensi, bukan motif utama pembunuhan.
Sipir Penjara, Utang Berbunga, Dan Tebusan Terlarang
Petunjuk penting datang dari kesaksian seorang anak yang melihat sosok mencurigakan di sekitar penjara. Polisi kemudian menangkap Samuels, seorang sipir penjara, Di rumahnya ditemukan senjata, alat pembunuh, serta kunci palsu.
Meski sempat membantah, Samuels akhirnya mengakui perbuatannya, Motif pembunuhan terungkap dari praktik utang berbunga. Samuels meminjam uang 400 gulden, namun dalam waktu singkat jumlahnya melonjak drastis akibat bunga mencekik.
Ketika tak mampu membayar, korban justru mengajukan “tebusan” bermakna cabul kepada istri, Istri Samuels memancing korban ke lokasi sepi, sementara Samuels menunggu untuk menghabisi nyawanya. Setelah itu, surat-surat utang disobek untuk menghilangkan bukti, Tragedi ini pun menjadi cermin kelam bagaimana keserakahan, penyalahgunaan kekuasaan ekonomi, dan pelecehan bermuara pada kekerasan mematikan.
Ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap mengenai berita-berita viral lainnya hanya di seputaran POS VIRAL.
Sumber Informasi Gambar
Gambar Pertama dari detik.com
Gambar Kedua dari detik.com
