Kisah bocah SD yang naik KRL subuh dari Parung ke Klender menjadi viral dan menarik perhatian banyak orang.

Perjalanan luar biasa seorang siswa SD asal Tangerang menuju sekolahnya di Klender, Jakarta Timur, telah menyentuh hati banyak orang dan menjadi viral di media sosial. Kisah ini menyoroti ketekunan dan kemandirian seorang anak dalam menghadapi tantangan hidup, sekaligus memicu diskusi tentang peran keluarga dan komunitas dalam mendukung pendidikan anak.
Temukan rangkuman informasi menarik dan paling terviral lainnya di bawah ini yang dapat memperluas wawasan Anda hanya di POS VIRAL.
Perjalanan Subuh Penuh Determinasi
Sejak fajar menyingsing, seorang bocah SD berseragam merah-putih telah memulai rutinitasnya yang tak biasa. Dengan KRL sebagai teman setianya, ia menempuh perjalanan panjang dari kediamannya di Parung Jaya, Kota Tangerang, menuju sekolahnya di Klender, Jakarta Timur. Pemandangan ini sontak menarik perhatian dan memicu kekaguman publik.
Dalam video yang beredar luas, terlihat jelas kemandiriannya yang luar biasa, seolah ia adalah seorang pekerja dewasa yang terbiasa dengan mobilitas tinggi. Seragam merah-putihnya yang kontras di tengah keramaian peron stasiun menjadi simbol semangat juang anak ini. Perjalanan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan cerminan keteguhan hati yang patut diacungi jempol.
Meskipun usianya masih belia, Hafitar, nama bocah ini, menunjukkan kedewasaan yang tak lazim. Ia tak hanya mampu menavigasi rute perjalanan yang kompleks, tetapi juga menghadapi dinamika transportasi publik dengan penuh percaya diri. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang tentang pentingnya kemandirian dan determinasi sejak dini.
| POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!
Alasan di Balik Perjalanan Jauh
Kisah perjalanan Hafitar bermula dari perubahan drastis dalam kehidupannya. Setelah sang ayah meninggal dunia lima tahun lalu, ibunya harus mencari nafkah, dan akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di Tangerang. Situasi ini memaksa mereka untuk pindah dari Kampung Sumur, Klender, tempat mereka sebelumnya tinggal dekat sekolah Hafitar.
Kepala Satuan Pelaksana Pendidikan Kecamatan Duren Sawit, Farida Farhah, menjelaskan bahwa pada awalnya sang ibu selalu mengantar dan menjemput Hafitar menggunakan KRL. Namun, seiring waktu dan melihat kemandirian anaknya, sang ibu memutuskan untuk melepas Hafitar berangkat sekolah sendirian. Hafitar pun dibekali kartu Commuter Line dan JakLingko.
Pihak keluarga telah berkoordinasi dengan petugas stasiun di sepanjang rute, mulai dari Parung Panjang, Tanah Abang, hingga Buaran, demi memastikan keamanan Hafitar. Kondisi ini menggambarkan upaya maksimal yang dilakukan keluarga untuk mendukung pendidikan Hafitar, meskipun harus melewati berbagai rintangan yang tidak mudah.
Baca Juga:
Penolakan Pindah Sekolah Dan Dukungan Komunitas

Meskipun harus menempuh perjalanan jauh, Hafitar menunjukkan penolakan kuat terhadap saran pihak sekolah untuk pindah ke sekolah yang lebih dekat. Ia merasa nyaman dengan lingkungan sekolahnya saat ini, termasuk para guru dan teman-temannya. Kebahagiaan dan rasa memiliki ini menjadi alasan utama mengapa ia enggan berpindah.
Farida Farhah menambahkan bahwa sang ibu juga merasa nyaman dengan lingkungan orang tua murid di sekolah Hafitar. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan komunitas sekolah dan bagaimana lingkungan yang positif dapat memengaruhi keputusan seorang anak dan keluarganya, bahkan di tengah tantangan yang besar.
Menanggapi ketekunan Hafitar bersekolah di Klender, sejumlah guru dan orang tua murid menawarkan tempat tinggal sementara. Meski ibunya sempat menolak, setelah kisahnya viral Hafitar akhirnya bersedia tinggal di rumah salah satu temannya setiap Minggu, menunjukkan solidaritas komunitas yang luar biasa.
Solusi Jangka Panjang Dan Harapan Baru
Setelah kisah Hafitar viral dan menjadi perhatian banyak pihak, solusi konkret mulai ditemukan untuk meringankan bebannya. Setelah diskusi panjang dengan orang tua dan keluarga yang menampungnya, diputuskan bahwa Hafitar akan tinggal di rumah teman sekolahnya dan diantar-jemput setiap hari. Ini menjadi langkah awal menuju solusi yang lebih baik.
Farida Farhah menjelaskan bahwa inisiatif merawat Hafitar bersama ini merupakan bentuk dukungan komunitas yang kuat. Keputusan ini diambil demi memastikan Hafitar dapat fokus pada pendidikannya tanpa harus menghadapi perjalanan panjang yang melelahkan setiap hari. Solidaritas ini menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat dapat berkontribusi positif.
Kisah Hafitar bukan hanya tentang seorang anak yang gigih, tetapi juga tentang kekuatan komunitas dalam menghadapi kesulitan. Diharapkan, dengan dukungan yang solid, Hafitar dapat terus berkembang dan meraih cita-citanya tanpa terbebani oleh tantangan geografis yang sebelumnya ia hadapi. Perjalanan Hafitar kini menjadi simbol harapan dan inspirasi.
Dapatkan berita Viral lainnya dan cerita menarik secara eksklusif serta informasi terkini tentang Jakarta hanya di Info Kejadian Jakarta.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari news.detik.com
- Gambar Kedua dari news.detik.com
