Saturday, September 13POS VIRAL
Shadow

Pemuda Gorontalo Dikabarkan Disekap di Kamboja, Pemkab Respon Cepat

Kasus penyekapan terhadap Agus Hilimi, pemuda asal Gorontalo, menjadi sorotan publik setelah dirinya terjebak sindikat perdagangan manusia di Kamboja.

Pemuda Gorontalo Dikabarkan Disekap di Kamboja, Pemkab Respon Cepat

Berawal dari tawaran kerja dengan iming-iming gaji tinggi di luar negeri, Agus justru dipaksa menjadi pelaku penipuan daring dan keluarganya diminta tebusan puluhan juta rupiah. Pemerintah daerah bergerak cepat, namun kasus ini menyisakan pelajaran penting tentang bahaya tawaran kerja ilegal dan perlunya perlindungan negara bagi warga Indonesia di luar negeri.

Di bawah ini POS VIRAL akan membahas secara mendalam kasus penyekapan Agus Hilimi di Kamboja, yang menjadi sorotan sebagai bagian dari praktik perdagangan manusia bermodus tawaran kerja dengan iming-iming gaji tinggi di luar negeri.

tebak skor hadiah pulsabanner-free-jersey-timnas

Tawaran Kerja Menggiurkan yang Berujung Mimpi Buruk

Agus Hilimi (28), warga Desa Tolotio, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, menjadi korban sindikat perdagangan manusia setelah menerima tawaran kerja di luar negeri dengan imbalan gaji tinggi. Agus berangkat dari Gorontalo pada 7 Agustus 2025 setelah dibujuk oleh seorang teman bernama Eby.

Ia dijanjikan pekerjaan ringan di Thailand dengan gaji mencapai Rp 9,2 juta per bulan, hanya bekerja di depan komputer. Namun, perjalanan tersebut mulai mencurigakan saat rekannya, Handi, diminta membuat paspor wisata ke Malaysia, bukan paspor kerja.

Handi pun memutuskan mundur saat di Jakarta. Berbeda dengan Agus yang tetap melanjutkan perjalanan hingga akhirnya dibawa ke Kamboja. Di sanalah ia dipaksa bekerja dalam jaringan penipuan daring (online scam), bukan pekerjaan yang dijanjikan sebelumnya.

Dipaksa Jadi Scammer dan Diancam Denda Harian

Setibanya di Kamboja, Agus dipaksa menjadi bagian dari sindikat penipuan daring dengan target merekrut korban baru. Ia bekerja di bawah tekanan tinggi dan diancam denda sebesar 100 dolar AS (sekitar Rp 1,6 juta) setiap hari jika gagal memenuhi target.

Bukannya mendapat gaji seperti yang dijanjikan, Agus justru tidak menerima bayaran sepeser pun. Pihak perusahaan ilegal beralasan bahwa gaji Agus dipotong untuk menutupi biaya perjalanan.

Lebih buruk lagi, seluruh dokumen penting milik Agus, termasuk KTP, ditahan oleh sindikat yang menyekapnya. Hal ini membuatnya tidak bisa melarikan diri atau mencari bantuan. Situasi semakin mencekam saat keluarga di Indonesia mulai menerima komunikasi dari pihak penyekap yang meminta tebusan untuk pembebasan Agus.

POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL

Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

aplikasi nonton bola shotsgoal apk

Keluarga Diminta Tebusan Rp 50 Juta, Pemerintah Bergerak Cepat

Pemuda Gorontalo Dikabarkan Disekap di Kamboja, Pemkab Respon Cepat

Keluarga Agus Hilimi di Gorontalo dihubungi oleh sindikat penyekap melalui ponsel milik Agus. Mereka menuntut uang tebusan sebesar Rp 50 juta untuk membebaskan Agus. Setelah negosiasi, jumlah tersebut diturunkan menjadi Rp 36 juta. Ibu korban, Hadija B. Tuli, mengungkapkan kecemasan dan penyesalannya karena sejak awal sudah merasa ragu dengan keberangkatan putranya ke luar negeri.

Menanggapi hal ini, Pemerintah Kabupaten Gorontalo melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) langsung bergerak cepat. Kepala Disnakertrans Kabupaten Gorontalo, Kisman Ishak, menyatakan bahwa langkah pertama adalah memastikan identitas Agus untuk keperluan koordinasi lebih lanjut.

Baca juga: 

Sindikat Kejahatan Transnasional Perdagangan Manusia

Kisah Agus bukan kasus pertama yang melibatkan praktik perdagangan manusia berkedok tawaran kerja ke luar negeri. Sindikat-sindikat kejahatan transnasional ini menyasar anak muda Indonesia yang tergiur iming-iming gaji tinggi dan pekerjaan mudah. Mereka biasanya diminta bekerja di pusat operasi penipuan daring di negara-negara seperti Kamboja, Myanmar, dan Laos.

Begitu sampai di lokasi, para korban kehilangan kebebasan, dipaksa bekerja tanpa gaji, dan diancam secara fisik maupun psikologis. Modus yang digunakan adalah perekrutan melalui orang dekat, seperti teman atau kerabat, dengan janji-janji palsu yang sangat meyakinkan. Para korban umumnya tidak mengetahui bahwa mereka sebenarnya sedang dijerat oleh sindikat perdagangan manusia internasional.

Seruan untuk Pencegahan Rekrutmen Ilegal

Keluarga Agus kini berharap pemerintah pusat, melalui Kementerian Luar Negeri dan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), dapat segera mengevakuasi Agus dan memulangkannya ke tanah air dengan selamat. Mereka juga meminta agar pemerintah menindak tegas para pelaku yang terlibat dalam perekrutan ilegal dan memperketat pengawasan terhadap calon pekerja migran.

Kasus ini menjadi alarm keras bagi masyarakat dan pemerintah. Diperlukan edukasi masif agar masyarakat lebih waspada terhadap tawaran kerja ke luar negeri yang tidak jelas legalitasnya. Pemerintah juga harus memperkuat kerja sama internasional untuk membongkar sindikat kejahatan lintas negara yang memanfaatkan warga Indonesia sebagai korban.

Kesimpulan

Perjuangan Agus Hilimi untuk kembali ke kampung halamannya adalah cerminan dari bahaya nyata perdagangan manusia yang terus mengintai anak muda Indonesia. Iming-iming gaji tinggi menjadi pintu masuk sindikat penipuan untuk menjebak korban ke dalam praktik kejahatan internasional.

Dengan respon cepat pemerintah dan dukungan masyarakat, diharapkan Agus segera dipulangkan dan pelajaran dari kasus ini mampu mencegah kejadian serupa terulang di masa depan. Simak dan ikuti terus POS VIRAL agar Anda tidak ketinggalan berita informasi terbaru dan terupdate setiap harinya.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Pertama Dari www.detik.com
  • Gambar Kedua Dari www.detik.com
Tele Grup
Channel WA
Grup FB
Search