Polres Nias Selatan (Nisel) Sumatera Utara kini mendalami kasus seorang bocah perempuan berusia 10 tahun yang diduga disiksa oleh keluarganya hingga cacat permanen di Kecamatan Lolowau.
Korban diduga disiksa oleh kerabatnya selama bertahun-tahun hingga kedua kakinya patah. Kapolres Nias, AKBP Ferry Mulyana Sunarya melalui Kasi Humas Polres Nias Selatan Bripda Mawar Himan Hulu mengatakan saat ini sudah delapan orang diperiksa terkait kasus itu.
Dibawah ini POS VIRAL akan memberikan informasi mengenai bocah 10 tahun disiksa keluarganya sendiri hingga mengalami cacat permanen. Yuk mari simak sekarang!
POSVIRAL hadir di saluran wahtsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Kisah Bocah Dianiaya di Nias Selatan
Seorang bocah perempuan berusia 10 tahun di Kecamatan Lolowau, Nias Selatan, kini menjadi sorotan setelah mengalami penyiksaan yang sangat mengkhawatirkan dari keluarganya.
“Penyiksaan ini berlangsung selama bertahun-tahun, menyebabkan kedua kakinya patah dan tidak bisa berfungsi dengan baik,” ungkap Kapolres Nias Selatan, AKBP Ferry Mulyana Sunarya. Kasus ini menyoroti masalah serius tentang perlindungan anak dan tanggung jawab orang tua dalam menjaga keselamatan anak.
Saat ini, pihak kepolisian telah melakukan pemeriksaan terhadap delapan orang terkait dugaan penganiayaan, termasuk kerabat dan tetangga korban. “Kami berharap dapat segera mengungkap fakta di lapangan dan memberikan keadilan bagi korban,” kata Bripda Mawar Himan Hulu, Kasi Humas Polres Nias Selatan.
“Diperiksa sudah sebanyak delapan orang di antaranya kerabat dan tetangganya. Polres Nias sudah menurunkan tim untuk mendalami kasus tersebut. Saksi telah dimintai untuk keterangan,” ujarnya, Hari Rabu (29/1/2025).
Suara Korban dan Kesaksian dari Masyarakat
Di media sosial, kasus ini viral setelah diunggah oleh akun Facebook, Lider Giawa. “Anak ini dulunya bisa berjalan normal, tetapi setelah orang tuanya bercerai, harapannya hancur,” tulisnya.
Banyak keprihatinan muncul tentang bagaimana bocah tersebut ditinggalkan dalam kondisi menyedihkan, di mana ia menjadi korban kekerasan dari kakek, nenek, paman, dan tantenya.
Setelah banyak penderitaan yang dialami, kini bocah yang malang ini dapat menceritakan pengalamannya kepada pihak kepolisian. “Kakinya dipatahkan oleh tantenya sendiri,” kata aktivis yang terlibat dalam penanganan kasus tersebut.
Keberanian korban untuk berbicara menjadi titik terang dalam penyidikan dan diharapkan menjadi pemicu kesadaran masyarakat untuk tidak menutup mata terhadap tindakan kekerasan.
Baca Juga:
Bagaimana Proses Hukum yang Akan Dijalani Oleh Pelaku Kekerasan ini?
Pelaku kekerasan terhadap anak di Indonesia menjalani proses hukum yang diatur dalam undang-undang perlindungan anak dan berbagai peraturan perundang-undangan terkait. Berikut adalah langkah-langkah dan aspek penting dalam proses hukum tersebut.
Setelah laporan tentang dugaan kekerasan diterima, langkah pertama yang dilakukan adalah penyelidikan. Polisi akan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, termasuk saksi, keluarga, dan anak korban.
“Pihak kepolisian berperan penting dalam mengumpulkan bukti dan keterangan untuk memulai proses hukum,” ujar Bripda Mawar Himan Hulu terkait kasus kekerasan anak di Nias.
Jika penyelidikan menunjukkan cukup bukti, polisi akan melanjutkan ke tahap penyidikan. Pada tahap ini, polisi akan melakukan pemeriksaan terhadap pelaku dan saksi-saksi lainnya. Menurut undang-undang yang berlaku, pelaku dapat dikenakan sanksi pidana berdasarkan undang-undang perlindungan anak.
Setelah penyidikan selesai, berkas perkara akan diserahkan ke Kejaksaan. Jaksa penuntut umum memiliki peran untuk menilai apakah kasus tersebut layak untuk dilanjutkan ke persidangan. Mereka akan menyiapkan dakwaan berdasarkan bukti yang ada.
“Pihak kejaksaan sangat penting dalam menyiapkan kasus untuk dihadapkan di pengadilan,” kata seorang praktisi hukum.
Pentingnya Peran Masyarakat dalam Melindungi Anak
Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya peran aktif masyarakat dalam mencegah kekerasan terhadap anak. “Masyarakat harus lebih peka dan berani melapor jika melihat tindakan kekerasan,” tegas seorang aktivis.
Sayangnya, walaupun banyak warga sekitar yang mengetahui penderitaan bocah tersebut, tidak ada yang berani mengambil tindakan. Masyarakat perlu belajar bahwa melaporkan kekerasan adalah bentuk kepedulian yang nyata.
Dengan mengabaikan situasi tidak manusiawi ini, mereka sebenarnya turut berkontribusi terhadap penderitaan yang dialami korban. Masyarakat seharusnya berinvestasi dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak, dengan cara saling mendukung dan melaporkan tindakan yang merugikan.
Kesimpulan
Kasus kekerasan ini telah mengejutkan banyak orang dan menjadi pelajaran penting bagi masyarakat. “Anak-anak adalah masa depan kita. Mereka harus dilindungi, bukan disakiti,” demikian ungkapan dari seorang aktivis. Tindakan nyata dari semua pihak dibutuhkan untuk menunjukkan bahwa kita tidak akan membiarkan kekerasan terjadi di depan mata.
Kisah pilu ini harus memotivasi kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. Melalui perhatian dan tindakan yang tepat, kita bisa membuat perbedaan dalam kehidupan anak-anak yang membutuhkan perlindungan. Mari kita jaga anak-anak kita, agar mereka dapat tumbuh dengan bahagia dan sehat, jauh dari penganiayaan.
Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca informasi ini, semoga informasi yang diberikan bermanfaat. Jangan ragu datang kembali untuk mengetahui lebih banyak lagi informasi viral yang ada di POS VIRAL.