Media sosial kembali diramaikan oleh video viral seorang pria yang membuat konten menghirup lem (Ngelem) di depan gerbang Markas Polda Sumatera Utara (Sumut), Kota Medan.
Aksi nekat ini langsung menarik perhatian warganet dan menuai beragam reaksi, mulai dari kecaman hingga keprihatinan. Video tersebut pun memicu respons cepat dari pihak kepolisian yang kini tengah menyelidiki kasus ini. Peristiwa ini menjadi sorotan penting tentang dampak negatif konten ekstrem demi popularitas di dunia digital.
Di bawah ini, POS VIRAL akan membahas detail kejadian aksi pria yang bikin konten ngelem di depan gerbang polda sumut, reaksi publik, hingga tanggapan pihak kepolisian.
Aksi Nekat di Depan Markas Hukum
Sebuah video berdurasi pendek memperlihatkan seorang pria berdiri dengan santai di depan pintu masuk utama Polda Sumut. Dalam video itu, pria tersebut tampak memasukkan cairan ke dalam sebuah plastik bening yang diduga kuat adalah lem lalu menghirupnya sambil berbicara santai kepada kamera.
Ia menyebut bahwa dirinya sedang membuat konten tutorial “ngelem”, dan mengaku sedang berada bersama seorang temannya. Video ini sontak menuai kecaman dari berbagai kalangan. Pasalnya, aksi tersebut tidak hanya melanggar hukum dan etika, tetapi juga dilakukan di tempat yang semestinya menjadi simbol penegakan hukum dan ketertiban.
POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

Konten Demi Sensasi
Dalam rekaman tersebut, sang pria menyebut bahwa aksinya dilakukan atas permintaan seseorang. Ia bahkan sempat melontarkan pernyataan bahwa jika dirinya ditangkap, orang yang menyuruhnya membuat konten di depan kantor polisi harus ikut bertanggung jawab.
“Kemarin ada yang minta, ‘Bang kapan kau buat konten di depan polres’… Jadi ini hanyalah video ecek-ecek karena suka mencari ketenaran untuk kehidupan, Pak,” ucapnya dalam nada yang terdengar bercampur antara candaan dan satire.
Pernyataan tersebut menimbulkan dugaan bahwa aksi itu adalah bentuk kritik sosial yang dibalut dengan humor gelap. Namun demikian, konten yang meromantisasi perilaku menyimpang seperti menghirup lem tetap dinilai berbahaya dan tidak dapat dibenarkan, apalagi jika disebarluaskan kepada audiens muda.
Baca Juga:
Polisi Langsung Bertindak
Polda Sumut tak tinggal diam. Kompol Siti Rohani Tampubolon, selaku Kasubbid Penmas Polda Sumut, mengonfirmasi bahwa video tersebut memang diambil di depan gerbang masuk markas mereka. Saat ini, pihaknya sedang menyelidiki lebih lanjut terkait identitas pelaku serta tujuan dari pembuatan video tersebut.
“Kami sudah melihat video itu dan membenarkan bahwa lokasi berada di depan Polda. Saat ini sedang kami cek lebih lanjut,” ujar Kompol Siti.
Menurutnya, aksi tersebut dapat dikenakan sanksi hukum apabila terbukti melanggar Undang-Undang tentang penyalahgunaan zat adiktif. Selain itu, tindakan itu juga melanggar aturan tentang ketertiban umum dan etika publik.
Reaksi Netizen Beragam
Setelah video itu tersebar, kolom komentar di berbagai platform seperti Instagram dan TikTok dipenuhi beragam tanggapan. Banyak netizen mengecam aksi tersebut sebagai tidak bermoral dan mempermalukan diri sendiri hanya demi konten. Namun ada juga yang menilai bahwa aksi itu merupakan kritik terhadap realitas hidup generasi muda yang merasa tidak punya arah dan mencari validasi lewat sensasi di media sosial.
“Sedih lihat anak muda zaman sekarang, demi viral rela hancurin masa depan sendiri,” tulis seorang pengguna Instagram.
“Mungkin ini satire, tapi tetap salah tempat dan salah cara,” komentar lainnya.
Ancaman Bahaya Konten Berisiko
Fenomena seperti ini kembali menjadi pengingat akan bahayanya tren membuat konten ekstrem demi popularitas. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak konten serupa yang mengusung tema nekat dan ekstrem justru berujung masalah hukum, cedera fisik, bahkan kematian.
Pakar psikologi sosial, Dr. Hendra Simanjuntak, menilai aksi tersebut sebagai bentuk “coping mechanism” generasi muda yang kehilangan arah. “Kondisi ekonomi, tekanan sosial, dan kultur media sosial membuat sebagian anak muda berani ambil risiko besar demi perhatian,” jelasnya.
Kesimpulan
Kejadian viral pria ngelem di depan Polda Sumut menjadi cermin realitas sosial yang kompleks. Di satu sisi, ini adalah bentuk pencarian eksistensi di era digital yang serba cepat. Namun di sisi lain, tindakan tersebut mengandung pelanggaran hukum, membahayakan diri sendiri, dan menyesatkan publik.
Semoga kasus ini menjadi peringatan keras bahwa mencari popularitas di media sosial tak sebanding dengan harga diri dan masa depan yang dipertaruhkan. Simak dan ikuti terus POS VIRAL agar Anda tidak ketinggalan berita informasi menarik lainnya yang terupdate setiap hari.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari medan.kompas.com
- Gambar Kedua dari medan.tribunnews.com