Tembok pembatas rel kereta api di Jatinegara, Jakarta Timur, telah ditutup oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI), sebelumnya sering bolong.
Penutupan ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan, mengurangi perlintasan ilegal, serta menekan praktik prostitusi yang kerap terjadi di sekitar area tersebut. Sejak tembok pembatas ditutup dengan pelat besi besar, warga pun mulai jarang menyeberang rel secara ilegal.
Meskipun masih terdapat celah-celah kecil yang kadang dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas, termasuk yang tidak diinginkan. Dibawah ini POS VIRAL akan membahas upaya ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan tertib di sekitar Stasiun Jatinegara.
Latar Belakang Penutupan Tembok Pembatas Rel Jatinegara
Sebelum penutupan, tembok-tembok pembatas rel di Jatinegara sering kali berlubang dan digunakan oleh warga untuk menyeberang secara ilegal. Selain itu, lubang-lubang di tembok juga kerap dimanfaatkan sebagai lokasi praktik prostitusi. Penyeberangan rel secara ilegal di Jatinegara juga telah menjadi masalah yang berkepanjangan, dengan warga sering menyeberangi rel melalui lubang-lubang di tembok.
Beberapa lokasi perlintasan liar, seperti KM 12+400 antara Jatinegara – Bekasi, juga telah ditutup sebelumnya. Bahkan, beberapa perlintasan liar, seperti di Cipinang Lontar, Jatinegara, telah ditutup setelah uji coba. Selain penyeberangan ilegal dan prostitusi, ada juga insiden terkait tembok pembatas yang roboh karena pondasinya tidak kuat.
POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

Dampak Penutupan Terhadap Penyeberangan Ilegal
Sejak tembok ditutup oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI), jumlah warga yang menyeberang rel secara ilegal semakin berkurang. Dudung (38), seorang pedagang di sekitar Stasiun Jatinegara, menyatakan bahwa saat ini jarang ada orang yang menyeberang, terutama karena petugas keamanan stasiun sering berjaga. Meskipun demikian, masih ada beberapa lubang kecil yang belum tertutup sepenuhnya.
Lubang-lubang kecil ini diduga dijebol secara perlahan oleh warga untuk menyeberang atau memasuki kawasan rel kereta api. Mujiono (46), seorang tukang ojek, berharap agar lubang-lubang kecil yang tersisa segera ditutup untuk mencegah kembali terbukanya akses ke wilayah perlintasan kereta. Ia menekankan bahwa jika ada sedikit saja lubang, itu harus segera ditutup agar tidak melebar, karena semakin besar lubang, semakin mudah orang untuk masuk.
Baca Juga:
Pengurangan Praktik Prostitusi
Penutupan lubang-lubang di tembok pembatas rel dengan besi cukup efektif dalam mengurangi praktik prostitusi di sekitar Stasiun Jatinegara. Dudung mengakui bahwa praktik prostitusi sudah jauh berkurang dibandingkan sebelumnya.
Meskipun masih ada, praktik tersebut tidak sebanyak dulu karena petugas sering berpatroli dan sebagian tembok pembatas rel sudah ditutup. Mujiono juga menyampaikan hal serupa, bahwa meskipun ada saja akal warga untuk menjebol atau memanjat, praktik prostitusi tetap berkurang dibandingkan sebelumnya.
Upaya Pengamanan Tambahan
Selain pemasangan besi, di sekitar tembok pembatas juga terpasang tulisan larangan untuk memasuki perlintasan kereta api karena membahayakan keselamatan. Ini merupakan bagian dari upaya PT KAI dan pihak terkait untuk meningkatkan keamanan di sekitar area rel kereta api.
Tembok rel Jatinegara ditutup juga merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menghindari kota Jakarta Timur, dicap sebagai “kota tawuran”. Dengan menutup tembok di pinggir rel kereta api untuk menghindari akses tawuran. Sebelumnya, tembok pembatas rel kereta api yang berlubang di kawasan Jl I Gusti Ngurah Rai, Klender, juga ditutup untuk mengantisipasi tawuran susulan antarwarga.
Penutupan tembok di Klender difokuskan di kawasan yang kerap menjadi lokasi tawuran karena lubang tersebut dijadikan akses bagi warga untuk saling serang. Sebanyak 20 petugas gabungan dari Satpol PP, PPSU, kelurahan, dan kecamatan terlibat dalam penutupan tembok sepanjang enam meter di Klender pada tahun 2016.
Peran Warga dan Petugas Dalam Keamanan
Peran aktif warga, seperti Dudung dan Mujiono, dalam melaporkan dan mengamati kondisi di lapangan menunjukkan kesadaran akan pentingnya keamanan. Kehadiran petugas keamanan stasiun yang sering berpatroli juga berperan penting dalam mengurangi aktivitas ilegal. Kolaborasi antara PT KAI, pemerintah daerah, dan warga sangat krusial dalam menjaga area perlintasan kereta api tetap aman dan bebas dari aktivitas yang melanggar hukum.
Kesimpulan
Meskipun sudah ada perbaikan yang signifikan, harapan agar semua lubang kecil segera ditutup menunjukkan komitmen untuk keamanan yang lebih baik. Upaya berkelanjutan dalam penutupan dan pengawasan area rel kereta api diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman. Bagi semua pihak dan mencegah terulangnya kembali aktivitas ilegal yang membahayakan. Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang Berita Viral yang akan kami berikan setiap harinya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari megapolitan.kompas.com
- Gambar Kedua dari wartakota.tribunnews.com