Friday, September 19POS VIRAL
Shadow

Bentrok Kembali di Perbatasan Thailand-Kamboja, Gas Air Mata Ditembakkan!

Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja kembali memanas setelah militer Thailand menembakkan gas air mata dan peluru karet ke sekitar 200 demonstran.

Bentrok Kembali di Perbatasan Thailand-Kamboja, Gas Air Mata Ditembakkan!

Insiden ini merupakan penggunaan gas air mata dan peluru karet pertama kalinya oleh pasukan Thailand sejak gencatan senjata sebelumnya. ​Thailand menuduh para demonstran melanggar wilayahnya, yang kemudian direspons dengan penembakan gas air mata. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran POS VIRAL.

tebak skor hadiah pulsabanner-free-jersey-timnas

Ketegangan Terbaru di Perbatasan Thailand-Kamboja

Perbatasan antara Thailand dan Kamboja kembali menjadi zona konflik setelah insiden bentrokan antara warga Kamboja dan pasukan militer Thailand pada Rabu (17/9/2025). Militer Thailand mengklaim sedang memasang kawat berduri di kawasan Sa Kaeo ketika sekitar 200 warga Kamboja melakukan aksi unjuk rasa.

Dalam kejadian tersebut, demonstran disebut melempar batu dan benda lainnya ke arah tentara Thailand. Namun, pasukan harus menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk mengendalikan situasi. “Pelepasan gas air mata dan peluru karet digunakan untuk mengendalikan massa dan membuat mereka mundur dari wilayah yang menjadi sengketa,” ujar militer Thailand dalam pernyataannya.

Mereka menegaskan bahwa warga Kamboja telah melanggar wilayah Thailand, dan tindakan demonstrasi tersebut merupakan pelanggaran atas gencatan senjata yang telah disepakati. Bentrokan ini menjadi yang pertama sejak gencatan senjata resmi pada Juli lalu.

POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL

Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

aplikasi nonton bola shotsgoal apk

Tuduhan Pelanggaran Gencatan Senjata oleh Militer Thailand

Militer Thailand menegaskan bahwa penggunaan gas air mata dan peluru karet adalah tindakan yang diperlukan untuk menekan aksi demonstran warga Kamboja yang dianggap melanggar wilayah Thailand di kawasan perbatasan. Mereka menyatakan bahwa otoritas Kamboja tidak mengambil tindakan untuk menghentikan demonstran tersebut, sehingga memicu bentrokan.

Menurut militer Thailand, demonstran Kamboja melakukan provokasi dengan melempar batu dan benda lain. Sehingga mereka menimbulkan risiko keselamatan bagi pasukan yang sedang bertugas. “Ini adalah pelanggaran gencatan senjata, dimana warga Kamboja telah secara ilegal memasuki wilayah Thailand,” tegas mereka. Sementara itu, Kamboja mengecam keras tindakan ini dan menyebutnya sebagai agresi tanpa alasan.

Gencatan senjata yang disepakati pada Juli lalu bertujuan untuk mengakhiri serangkaian bentrokan berdarah yang merenggut sedikitnya 43 nyawa dari kedua belah pihak. Namun, insiden terbaru ini mengindikasikan bahwa perjanjian tersebut sulit diterapkan sepenuhnya di lapangan, khususnya di wilayah yang menjadi sengketa.

Baca Juga: 

Korban Luka dan Dampak Pada Warga Kamboja

Korban Luka dan Dampak Pada Warga Kamboja

Dalam konflik terbaru ini, setidaknya 23 warga Kamboja mengalami luka-luka akibat aksi kekerasan di perbatasan. Namun seorang tentara dan seorang biksu Buddha, seperti yang dilaporkan oleh Menteri Informasi Kamboja, Neth Pheaktra. Wilayah terjadi bentrokan berada di Provinsi Banteay Meanchey, sisi Kamboja.

“Ini jelas merupakan pelanggaran gencatan senjata oleh Thailand, yang menyebabkan penderitaan bagi warga sipil serta anggota militer kami,” ujar Pheaktra. Luka-luka akibat tembakan gas air mata dan peluru karet menambah daftar panjang korban dari ketegangan perbatasan selama bertahun-tahun. Warga di kedua sisi menjadi pihak yang paling dirugikan dengan adanya konflik berkepanjangan seperti ini.

Situasi ini tidak hanya mengganggu ketentraman masyarakat setempat tetapi juga menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut yang berpotensi menimbulkan korban jiwa dan kerusakan materi yang lebih besar pada masa mendatang.

Tuduhan Penggusuran oleh PM Kamboja Hun Manet

Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, mengirimkan surat resmi kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Menyatakan keberatan terkait tindakan militer Thailand yang menurutnya telah memperluas zona konflik dengan memasang kawat berduri dan barikade di dua desa perbatasan. Hun Manet menuduh pasukan Thailand secara paksa menggusur warga sipil Kamboja yang telah lama menghuni wilayah tersebut.

Dalam suratnya, Hun Manet menyebut lebih dari 20 keluarga warga Kamboja dicegah untuk kembali ke rumah mereka, yang menimbulkan ketegangan dan keresahan bagi masyarakat lokal. “Sebanyak 25 keluarga telah dihalangi dari rumah dan ladang mereka, yang merupakan pelanggaran serius terhadap hak warga kami,” tulis Hun Manet.

Ancaman penggusuran ini dapat berdampak pada sekitar 1.000 jiwa menurut surat tersebut. Kronologi ini menambah kompleksitas konflik antarnegara yang selama ini telah sulit diselesaikan, memperlihatkan bahwa masalah perbatasan ini bukan semata soal klaim wilayah. Tetapi juga menyangkut kehidupan sosial dan kesejahteraan warga setempat.

Sikap Militer Thailand dan Respon terhadap Tuduhan

Juru bicara militer Thailand, Winthai Suvaree, membantah tuduhan penggusuran secara paksa oleh pemerintahnya. Dalam pernyataannya, Winthai menuduh warga sipil Kamboja yang terlibat dalam bentrokan sengaja menduduki wilayah Thailand secara ilegal dan dalam jangka waktu yang lama. Menurutnya, warga tersebut bahkan membawa tongkat kayu sebagai senjata darurat.

Winthai menegaskan bahwa militer Thailand terpaksa bertindak untuk menjaga kedaulatan wilayahnya dan mencegah eskalasi yang lebih besar. Ia juga mengkritik kegagalan personel militer Kamboja untuk menghentikan warga mereka, sehingga memperburuk situasi. “Tindakan warga Kamboja jelas mengancam keselamatan pasukan kami dan melanggar batas yang telah disepakati,” ucapnya.

Ketegangan ini menunjukkan bahwa kedua negara masih memiliki perbedaan pandangan yang tajam mengenai batas wilayah dan cara penyelesaiannya. Sehingga membutuhkan diplomasi yang hati-hati agar konflik tidak meluas dan stabilitas kawasan tetap terjaga. Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap hanya di POS VIRAL.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari www.cnbcindonesia.com
  2. Gambar Kedua dari www.cnbcindonesia.com
Tele Grup
Channel WA
Grup FB
Search