Kasus pembobolan Bank BJB oleh teknisi IT ini membuka mata kita bahwa gaya hidup instan sering menjadi pemicu kejahatan modern.

Modusnya tak mengandalkan senjata, melainkan kecerdasan teknologi dan celah kepercayaan dari dalam. Dengan gaya hidup mewah yang mendadak, sang teknisi akhirnya menarik perhatian. Ujungnya? Jeruji besi.
Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran POS VIRAL.
Kronologi Kejadian
Pelaku berinisial AR, seorang pria 38 tahun yang bekerja sebagai teknisi IT di Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank BJB Soreang, Kabupaten Bandung. Ia bukan orang sembarangan di sana. AR sudah bertahun-tahun bekerja, mengenal sistem dari dalam, dan dipercaya untuk menangani urusan internal teknologi perbankan.
Namun, justru dari situ celah kejahatan bermula. AR tidak hanya memahami sistem digital, tapi juga memiliki akses terhadap prosedur keamanan brankas dan log sistem. Artinya, ia tahu kapan audit dilakukan, kapan sistem dicek, dan bagaimana menyembunyikan jejaknya.
Selama beberapa bulan, tak ada yang mencurigai gerak-geriknya. Ia datang seperti biasa, menjalankan tugas teknis harian, dan bersikap profesional. Tapi di balik layar, AR mulai menyusun rencana jahatnya: menyalin data login, memalsukan otorisasi transaksi internal, dan menyalurkan uang ke rekening-rekening yang ia kontrol.
| POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!
Rp2,1 Miliar Raib
Pihak internal bank baru menyadari kejanggalan ketika audit tahunan menemukan selisih dana mencapai Rp2,1 miliar di laporan keuangan fisik dan sistem. Setelah ditelusuri, dana tersebut berasal dari brankas fisik cabang Soreang yang tercatat seharusnya utuh. Tapi uangnya lenyap.
Investigasi internal pun dimulai secara diam-diam. Tak butuh waktu lama, perhatian tim audit langsung tertuju pada AR. Dalam beberapa bulan terakhir, ia kerap datang dengan mobil baru dan motor gede (moge). Bahkan, dari laporan masyarakat sekitar, AR kedapatan membeli dua kendaraan sekaligus secara tunai.
Gaya hidupnya berubah drastis. Dari yang biasanya sederhana, kini ia mengenakan pakaian bermerek, nongkrong di kafe mahal, dan sempat disebut-sebut sedang berencana membeli tanah di daerah Ciwidey. Keanehan-keanehan ini membuat tim audit melaporkan temuannya ke kantor pusat Bank BJB dan akhirnya membawa kasus ini ke pihak kepolisian.
Baca Juga: Komdigi Berduka Atas Meninggalnya Stafsus Aida Rezalina di Usia 34 Tahun
Kepolisian Gerak Cepat

Setelah laporan resmi masuk ke Polresta Bandung, penyelidikan dilakukan secara menyeluruh. Dalam waktu singkat, AR diamankan beserta barang bukti 4 kendaraan, termasuk dua mobil dan dua motor besar berharga mahal.
Kapolresta Bandung, Kombes Pol Heri Sulesmono, mengungkapkan bahwa pelaku menggelapkan uang selama periode Oktober 2023 hingga Mei 2024. Selama 7 bulan, ia berhasil menghindari deteksi dengan sistem rapi yang ia bangun sendiri.
Namun, pada akhirnya jejak digital tak bisa dibohongi. Dari hasil forensik IT yang dilakukan oleh tim Cyber Crime, ditemukan bukti manipulasi sistem dan transaksi palsu yang semuanya mengarah ke akun yang dikendalikan AR.
Saat ditangkap, AR mengaku bahwa uang yang ia ambil digunakan seluruhnya untuk membeli kendaraan dan membayar gaya hidupnya. Tidak ada investasi atau aliran dana ke luar negeri. Semua digunakan untuk mengejar “status sosial” semata.
Modus Canggih Menyalahgunakan Sistem
Berbeda dengan kebanyakan kasus pembobolan bank yang menggunakan peretasan dari luar atau pencurian lewat virus, AR justru tidak meretas sistem, melainkan menyalahgunakan akses sah yang dimilikinya sebagai teknisi.
Dari keterangan yang dikumpulkan penyidik, AR memanfaatkan waktu-waktu kosong ketika brankas sedang tidak dijaga penuh, seperti saat shift sore dan akhir pekan. Ia merekayasa sistem input, mengganti log transaksi, dan memanipulasi input uang masuk dan keluar.
Hebatnya, ia tahu bagaimana caranya agar perubahan itu tidak langsung terlihat dalam laporan harian. AR menyusun “tameng” berupa laporan palsu yang menyesuaikan dengan jumlah uang yang telah digelapkannya. Hal ini membuat pengawasan internal butuh waktu lebih lama untuk menyadari kebocoran.
AR juga tidak mentransfer langsung ke rekening pribadinya. Ia menggunakan akun-akun “numpang nama” dari kerabat dan teman dekat. Beberapa kendaraan yang ia beli bahkan didaftarkan atas nama orang lain, seolah-olah tidak ada hubungan langsung dengannya.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang semua informasi lainnya hanya di POS VIRAL.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari news.detik.com
- Gambar Kedua dari daerah.sindonews.com
