Pada tanggal 25 Februari 2025, Hotel 101 Urban yang terletak di kawasan Glodok, Jakarta Barat, dilanda kebakaran yang memicu respons cepat dari petugas pemadam kebakaran dan penyelamatan.
Insiden ini tidak hanya menyoroti pentingnya tindakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang efektif, tetapi juga membuka kembali perdebatan mengenai isu-isu sosial yang telah lama melekat di kawasan Glodok, termasuk sejarah prostitusi dan dampaknya terhadap masyarakat.
Berikut ini POS VIRAL akan mengupas tuntas kronologi kebakaran, upaya penanganan yang dilakukan oleh berbagai pihak, dugaan penyebab kebakaran, sejarah prostitusi di Glodok, serta potensi dampak jangka panjang yang mungkin timbul akibat insiden ini.
Kronologi Kebakaran dan Respons Cepat Petugas
Kebakaran di Hotel 101 Urban dilaporkan ke Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta pada pukul 09.13 WIB. Respons cepat ditunjukkan dengan pengerahan 20 unit mobil pemadam kebakaran dan 100 personel ke lokasi kejadian pada pukul 09.21 WIB.
Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta, Satriadi Gunawan, menjelaskan bahwa status kebakaran “kuning,” yang berarti api sudah bisa dilokalisir. Kobaran api dan asap hitam pekat yang membumbung tinggi dari bangunan hotel menjadi pemandangan dramatis selama proses pemadaman.
Fokus utama petugas adalah melokalisasi api agar tidak merambat ke bangunan lain di sekitarnya dan mengevakuasi seluruh pengunjung serta staf hotel ke tempat yang aman. Proses evakuasi berjalan dengan lancar, dan sebanyak 22 pengunjung hotel berhasil diselamatkan tanpa adanya korban jiwa.
Setelah api berhasil dipadamkan, petugas pemadam kebakaran melakukan penyisiran di setiap kamar hotel untuk memastikan tidak ada korban yang tertinggal. Satriadi Gunawan menambahkan, “Sudah dilakukan penyisiran, pertama kamar-kamar sudah dibuka dan tidak ditemukan korban”.
Pengerahan personel dan unit pemadam kebakaran dilakukan dalam dua tahap. Satriadi Gunawan merinci, “(Pengerahan) tahap 1 sebanyak 6 unit, tahap 2 sebanyak 14 unit. Total pengerahan 20 unit dan 100 personel”. Koordinasi dengan berbagai pihak terkait, seperti kepolisian dan petugas medis, juga dilakukan untuk memastikan kelancaran proses evakuasi dan penanganan medis jika diperlukan.
Prioritas utama adalah memastikan keselamatan seluruh pengunjung dan staf hotel. Satriadi Gunawan menegaskan, “Data manifes pengunjung di tempat berhimpun sudah sesuai dengan pengunjung yang berhimpun, 22 orang bisa dievakuasi”. Setelah api berhasil dipadamkan, petugas pemadam kebakaran melakukan pendinginan untuk mencegah adanya potensi api yang kembali menyala.
POSVIRAL hadir di saluran wahtsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Kabar Gembira bagi pecinta bola, khususnya Timnas Garuda. Ingin tau jadwal timnas dan live streaming pertandingan timnas? Segera download!

Dugaan Penyebab Kebakaran dan Investigasi Lebih Lanjut
Penyebab pasti dari kebakaran ini masih belum diketahui dan masih dalam tahap penyelidikan lebih lanjut oleh pihak berwenang. Namun, informasi awal dari saksi mata mengindikasikan bahwa api berasal dari area tertentu di sekitar hotel. Satriadi mengungkapkan bahwa menurut keterangan saksi, “Dari saksi awal api berasal dari bawah genteng gudang dan kantor First Media yang berada di samping Hotel 101 Urban”. Sumber lain menyebutkan bahwa api diduga berasal dari mess karyawan yang berada di bangunan sebelah hotel.
Perwira Piket Damkar Jakarta Barat, Joko Susilo, menjelaskan bahwa api pertama kali terlihat di samping bangunan Hotel 101 Urban, yang merupakan mess karyawan perusahaan fiber optik. Bangunan dua lantai tersebut digunakan sebagai mess karyawan dan gudang penyimpanan kabel-kabel optik. Material yang mudah terbakar di gudang tersebut menyebabkan api cepat merembet dan asap masuk ke dalam hotel.
Manajemen Hotel 101 Urban juga memberikan keterangan bahwa sumber api berasal dari bangunan yang berada persis di sebelah hotel. Mereka mengaktifkan prosedur tanggap darurat dan bekerja sama dengan Dinas Gulkarmat DKI Jakarta untuk mengevakuasi pengunjung dan staf. Investigasi lebih lanjut masih diperlukan untuk menentukan penyebab pasti kebakaran dan memastikan tidak ada faktor lain yang berkontribusi terhadap insiden tersebut.
Baca Juga: Kontroversi PSSI, Indra Sjafri Out, Fans Curiga Ada Apa di Balik Layar?
Isu Prostitusi yang Kembali Mencuat
Seiring dengan berita mengenai kebakaran hotel, isu mengenai prostitusi di kawasan Glodok kembali mencuat. Glodok, yang dikenal sebagai pusat perdagangan dan bisnis di Jakarta Barat, memiliki sejarah panjang terkait isu prostitusi. Praktik prostitusi di kawasan ini telah ada sejak lama dan menjadi perhatian berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat. Seorang warga Glodok yang enggan disebutkan namanya mengatakan, “Isu ini sudah lama ada di sini, dan sangat meresahkan warga.”
Menurut sejarah, kawasan Glodok telah menjadi pusat perniagaan, perputaran opium, juga judi, dan prostitusi sejak zaman Belanda. Di abad ke-17, kegiatan pelacuran dilakukan oleh pendatang luar Batavia yang disebut Caibo. Masyarakat Betawi menyebutnya dengan sebutan Cabo. Awal mula tempat prostitusi ini berada di daerah Stasiun Kota, Jakarta, namanya Macao Po, yang kini berlokasi di sekitaran Jembatan Kota Intan, Kota Tua. Lokalisasi Macao Po disebut sebagai lokalisasi kalangan kelas atas karena pengunjungnya kebanyakan para pejabat VOC.
Selain Macao Po, terdapat juga lokalisasi prostitusi yang diperuntukkan bagi kalangan bawah, berlokasi di sekitaran Glodok, tepatnya di Gang Mangga. Akibat tidak adanya jaminan kesehatan, sering terjadi korban penyakit sipilis, yang pada masa itu disebut penyakit Gang Mangga.
Namun, lokalisasi Gang Mangga akhirnya ditutup akibat sering terjadi keributan. Praktik pelacuran masih terus berlangsung hingga melewati masa Indonesia Merdeka, dan kemudian muncul lagi lokalisasi di daerah Mangga Besar pada tahun 1960-an.
Pada periode 1970-an, riwayat prostitusi di Jakarta berlangsung dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Gubernur Ali Sadikin kemudian menerapkan kebijakan melokalisasi prostitusi dalam satu wilayah agar mudah terpantau, terinspirasi dari lokalisasi prostitusi di kota Bangkok. Melalui beberapa surat keputusan gubernur pada tahun 1970, para wali kota diinstruksikan untuk menertibkan prostitusi yang berlangsung secara liar, dan para mucikari diperintahkan untuk menempati kawasan baru khusus prostitusi di Kramat Tunggak.
Upaya Pemerintah dalam Memberantas Prostitusi
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menutup lebih banyak lokalisasi dalam upaya membebaskan negara dari prostitusi. Pemerintah akan menginstruksikan pemerintah daerah untuk menutup sekitar 100 lokalisasi di seluruh negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia. Langkah ini diambil setelah penutupan salah satu lokalisasi paling terkenal di ibu kota, Kalijodo, dan mengganti rumah bordil dan bar ilegal dengan taman.
Meskipun prostitusi secara teknis legal di Indonesia karena tidak ada undang-undang yang secara eksplisit melarangnya. Beberapa pemerintah daerah telah menggunakan undang-undang “Kejahatan terhadap Moral” yang ambigu untuk melarang pekerjaan seks di wilayah mereka.
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan mencatat bahwa pada tahun 2018, kekerasan di ranah publik mencapai 3.528 kasus (26%). Dengan kekerasan seksual menduduki peringkat pertama dengan 2.670 kasus (76%). Caro tahu lebih banyak informasi seperti Hotel 101 Urban yang Kebakaran ini hanya dengan mengklik link BERITA VIRAL ini.