Seorang balita berusia 1 tahun 8 bulan harus berjuang melawan kondisi medis yang tak hanya memprihatinkan, tetapi juga mengerikan, ia muntah cacing dari mulut dan hidungnya.
Nur Sabrina, balita tersebut, mengeluarkan cacing gelang atau Ascariasis dari mulut dan hidungnya. Saat dirawat di rumah sakit, balita malang ini memuntahkan cacing. Kasus ini mengingatkan kita pada kisah sedih yang dialami balita Raya di Sukabumi. Raya diketahui meninggal dengan kondisi cacingan parah. Kondisi serupa dialami Nur Sabrina, balita dari Seluma, Bengkulu tersebut. Dibawah ini POS VIRAL akan memberikan informasi terkait Balita muntahkan cacing di Seluma Bengkulu.
Kejadian Mengerikan di Seluma, Bengkulu
Kasus medis mengejutkan terjadi di Seluma, Bengkulu, ketika dua balita kakak beradik, Aa (4) dan Ka (1 tahun 8 bulan), mengalami infeksi cacing gelang (Ascaris lumbricoides) parah. Pada Rabu (17/9/2025), Ka muntah cacing dari mulut dan hidung, dengan ukuran sebesar lidi sapu. Kondisi ini menandakan infeksi berat yang memerlukan perawatan intensif di RSUD Tais sebelum dirujuk ke RSUD M Yunus Bengkulu.
Direktur RSUD Tais, dr. Eva Debora Siahaan, menjelaskan hasil pemeriksaan menemukan gumpalan cacing di perut Ka sehingga perlu tindakan operasi. Ka juga mengalami demam tinggi, batuk berdahak, sesak napas, dan tubuh melemah. Rontgen menunjukkan larva cacing di paru-paru, disertai anemia, leukosit tinggi, serta gula darah mencapai 270. Sementara kakaknya, Khaira Nur Sabrina, menunjukkan perbaikan setelah perawatan intensif.
Dinas Kesehatan Seluma menduga sumber cacing berasal dari lingkungan rumah tidak sehat. Tempat tinggal keluarga di Desa Sungai Petai disebut tidak layak huni, beralas tanah, berdinding papan rusak, dan dikelilingi kotoran ayam. Faktor ekonomi lemah, kurangnya gizi, serta ketidakpatuhan pemberian obat cacing dua kali setahun turut memperburuk kondisi.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Edriwan Mansyur, menegaskan pentingnya kepatuhan dalam pemberian obat cacing untuk mencegah kasus serupa. Menyikapi kejadian ini, Bupati Seluma, Teddy Rahman, berjanji memperbaiki rumah keluarga korban menjadi Rumah Layak Huni (RLH) agar anak-anak dapat hidup dalam lingkungan yang lebih sehat.
POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

Mengenang Kasus Tragis Raya Sukabumi
Kasus balita muntah cacing di Seluma, Bengkulu, mengingatkan pada tragedi yang menimpa seorang anak bernama Raya (4) dari Sukabumi, Jawa Barat. Raya meninggal dunia akibat infeksi Ascaris lumbricoides parah yang menyerang hampir seluruh tubuhnya. Kisah ini sempat viral setelah tim relawan mengunggah kondisinya melalui akun Instagram @rumahteduhsahabat_iin.
Menurut Ketua Tim Penanganan RSUD R Syamsudin, dr. Irfan Nugraha, infeksi cacing pada Raya jauh lebih parah dibanding kasus umum. Dalam tubuhnya ditemukan cacing berjumlah sangat banyak dan berukuran besar, menyerang organ vital seperti paru-paru hingga otak.
Selama perawatan di ICU, cacing bahkan keluar dari mulut, hidung, dan anus. Hasil CT Scan memperlihatkan otak Raya sudah dipenuhi cacing serta telurnya yang menyerap nutrisi dan oksigen. Lebih dari satu kilogram cacing hidup berhasil dikeluarkan, namun nyawa Raya tidak terselamatkan.
Raya dirawat selama sembilan hari sebelum meninggal pada 22 Juli 2025. Salah satu penyebab keterlambatan penanganan adalah ketiadaan kartu BPJS, sehingga biaya perawatan ditanggung relawan. Kasus ini menegaskan bahwa cacingan bukan penyakit ringan, melainkan ancaman serius bagi tumbuh kembang anak.
Bupati Sukabumi, Asep Japar, menyampaikan permintaan maaf atas tragedi ini. Ia menyoroti keterbatasan kesehatan dan kondisi mental orang tua Raya yang membuat pola asuh tidak optimal. Selain faktor ekonomi, lingkungan rumah yang tidak sehat, dekat kandang ayam, serta banyak kotoran hewan juga menjadi penyebab anak rentan terinfeksi.
Baca Juga:
Penyebab Medis di Balik Muntah Cacing pada Balita
Muntah cacing pada balita merupakan tanda infeksi parah Ascaris lumbricoides. Parasit ini berkembang biak di usus halus, dan dalam kasus berat gumpalan cacing dapat keluar melalui mulut atau hidung. Kondisi tersebut biasanya disertai gejala demam, sesak napas, anemia, sakit perut, hingga kehilangan nafsu makan.
Infeksi erat kaitannya dengan lingkungan tidak bersih, makanan terkontaminasi, serta kebiasaan anak bermain di tanah tanpa alas kaki. Telur cacing masuk ke tubuh melalui tangan yang kotor, lalu menetas dan berkembang biak di usus. Balita dengan gizi buruk, daya tahan rendah, serta tidak rutin mendapat obat cacing lebih rentan terinfeksi berat.
Parasit ini menguras nutrisi penting seperti zat besi dan protein, menyebabkan anemia serta gizi buruk. Pada kondisi ekstrem, cacing bisa bermigrasi ke paru-paru atau otak, memicu pneumonia, apendisitis, hingga penyumbatan saluran empedu yang berbahaya bagi nyawa anak.
Penanganan Kesehatan dan Upaya Pencegahan
Kasus muntah cacing pada balita membutuhkan penanganan medis multidisiplin. Balita di Seluma mendapat perawatan intensif berupa obat antiparasit untuk membunuh cacing, pengelolaan komplikasi seperti anemia, infeksi, serta dukungan nutrisi guna memulihkan kondisi tubuh. Pada kasus dengan penyumbatan usus, operasi diperlukan untuk mengangkat gumpalan cacing. Obat antiparasit yang umum digunakan adalah mebendazole atau albendazole, yang efektif membasmi cacing dan telurnya.
Namun, penanganan medis saja tidak cukup tanpa perbaikan lingkungan. Sanitasi buruk, air terkontaminasi, dan makanan tidak higienis menjadi faktor utama penularan. Edukasi keluarga sangat penting, seperti membiasakan anak mencuci tangan dengan sabun, memakai alas kaki saat bermain di tanah, serta mengonsumsi makanan matang dan bersih. Menjaga kebersihan rumah, terutama area bermain anak, juga merupakan langkah preventif yang krusial.
Program pemberian obat cacing secara rutin menjadi kunci pencegahan. Anak usia 1–12 tahun dianjurkan minum obat cacing setiap enam bulan. WHO merekomendasikan satu kali setahun, namun bila angka infeksi melebihi 20 persen, pemberian dilakukan dua kali. Pemerintah daerah bersama dinas kesehatan perlu memperkuat penyuluhan, meningkatkan fasilitas sanitasi, serta menjamin akses air bersih agar kasus serupa tidak terulang.
Kesimpulan
Kasus balita muntah cacing di Seluma, Bengkulu, merupakan peringatan serius tentang risiko infeksi parasit Ascaris lumbricoides yang dapat membawa dampak fatal bagi anak-anak bila tidak ditangani dengan segera dan tepat. Fenomena ini membawa ingatan akan tragedi Raya dari Sukabumi, menegaskan bahwa masalah kebersihan lingkungan, nutrisi yang buruk, dan kurangnya akses terhadap pengobatan memicu kecemasan yang nyata.
Secara medis, muntah cacing adalah tanda infeksi berat yang memerlukan intervensi medis intensif dan lingkungan yang sehat agar risiko penyebaran bisa dicegah. Upaya serius dari pihak kesehatan dan masyarakat untuk meningkatkan sanitasi, pemberian obat cacing rutin, serta edukasi kesehatan sangat krusial agar balita dan anak-anak Indonesia dapat tumbuh sehat tanpa harus mengalami tragedi mengerikan akibat parasit.
Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca informasi tentang balita muntahkan cacing di Seluma Bengkulu, semoga informasi yang diberikan bermanfaat. Jangan ragu datang kembali untuk mengetahui lebih banyak lagi informasi viral yang ada di POS VIRAL.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari tribunnews.com
- Gambar Kedua dari merdeka.com