Google Chrome, browser yang mendominasi pasar dengan jumlah pengguna terbanyak di dunia, kini tengah terancam dimana berpotensi lepas dari induk perusahaannya, Google.
Ancaman ini datang sebagai bagian dari sanksi dalam kasus monopoli yang menjerat raksasa teknologi asal California tersebut. Berita ini tidak hanya mengguncang industri teknologi, tetapi juga memicu ketertarikan sejumlah perusahaan besar, seperti Perplexity dan Yahoo, yang siap merebut kesempatan mengambil alih kepemilikan Chrome jika terpaksa harus dijual. Mari kita ulas lebih jauh mengenai situasi terkini dan proyeksi masa depan browser legendaris ini.
Ancaman Pemisahan Chrome dari Google
Google adalah salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia yang menguasai sejumlah produk penting, termasuk mesin pencari Google Search dan browser Chrome. Baru-baru ini, perusahaan ini menghadapi tekanan hukum terkait praktik monopoli, khususnya dominasi mereka di sektor mesin pencari dan browser internet.
Sebagai bagian dari tuntutan hukum anti-monopoli, ada tekanan agar Google melepas kepemilikan browser Chrome sebagai upaya untuk membuka persaingan di pasar tersebut. Langkah ini bertujuan mengurangi kekuatan monopoli Google yang dianggap menghambat kesempatan bagi perusahaan lain untuk bersaing secara adil di industri teknologi.
Jika Google diwajibkan melepaskan Chrome. Hal ini tentu akan menjadi perubahan besar yang memengaruhi ekosistem internet secara global mengingat Chrome digunakan oleh milyaran pengguna.
Ketertarikan OpenAI
Perusahaan pengembang AI terkemuka, OpenAI, yang dikenal dengan produk ChatGPT-nya, sudah menjadi pelopor yang secara terbuka menyatakan minat untuk membeli Google Chrome bila dilepas. Langkah OpenAI ini sangat strategis mengingat kepemilikan Chrome akan membuka peluang besar untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan kedalam browser dengan lebih mudah. Serta meningkatkan akses langsung ke teknologi pencarian AI mereka.
Dengan memegang kendali atas platform browser sebesar Chrome, OpenAI bisa memperluas jangkauan ChatGPT dan berbagai produk AI lainnya ke audiens yang sangat luas. Sekaligus berpotensi menggoyang dominasi Google di pasar teknologi pencarian dan browser.
POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

Perplexity dan Yahoo
Selain OpenAI, dua perusahaan lain yang turut menyatakan ketertarikan besar adalah Perplexity dan Yahoo. Perplexity, sebuah perusahaan AI yang juga bersaing di ranah teknologi percakapan serupa ChatGPT, diwakili oleh Chief Business Officer Dmitry Shevelenko yang hadir di sidang anti-monopoli Google untuk memberikan kesaksian mengenai dominasi Google dan implikasinya bagi para pesaing.
Sementara itu, Yahoo melalui General Manager Yahoo Search, Brian Provost, juga mengungkapkan kesiapan mereka untuk mengambil alih Chrome jika kesempatan itu muncul. Dukungan kuat berasal dari pemilik Yahoo, Apollo Global Management. Perusahaan investasi besar yang tengah berupaya menghidupkan kembali bisnis pencarian Yahoo yang sempat meredup.
Perplexity
Dmitry Shevelenko dari Perplexity memberi wawasan unik tentang sikap Perplexity terkait potensi pemisahan Chrome. Meski bersiap untuk membeli, Shevelenko secara tegas menyatakan preferensi agar Chrome tetap di bawah kendali Google. Mengingat risiko perubahan yang dapat terjadi jika browser tersebut beralih tangan.
Ia mengkhawatirkan perusahaan pemilik baru nantinya bisa mengubah model open source Chromium yang menjadi basis Chrome, atau malah menurunkan kualitas layanan yang selama ini sudah terjaga. “Kami ingin (sanksi) tetap masuk akal. Google membangun produk-produk bagus yang membantu banyak pihak berinovasi. Kami tidak ingin ada solusi yang justru melemahkan kemampuan Google untuk terus melakukan itu,” ujar Shevelenko secara lugas.
Baca Juga:
Tantangan Perplexity Menghadapi Dominasi Google di Pasar Pencarian
Selain membicarakan Chrome yang terancam lepas dari Google, Shevelenko juga mengungkap tantangan nyata yang dialami Perplexity dalam bersaing di pasar pencarian yang sangat dikuasai Google. Ia menyebut bahwa pengaturan untuk menggeser Google Assistant dengan Perplexity sebagai default di perangkat Android sangat rumit. Bahkan sampai menyebutnya sebagai “jungle gym” yang membingungkan.
Lebih jauh, meski berhasil menjadi default, Perplexity tetap kalah dalam hal kemudahan penggunaan karena pengguna harus menekan tombol untuk mengaktifkan asisten tersebut. Berbeda dengan Google Assistant yang cukup di aktifkan dengan perintah suara, seperti mengatakan “Hey Google.” Kondisi ini membatasi pengalaman pengguna dan menghambat ekspansi Perplexity.
Tekanan Google Terhadap Mitra Manufaktur
Shevelenko juga mengangkat isu tekanan besar yang diberikan Google kepada mitra manufaktur ponsel. Yang menjadi faktor menghambat banyak produsen smartphone untuk bekerja sama dengan pesaing Google di pasar pencarian. Banyak manufactur ponsel yang takut kehilangan pendapatan bagi hasil dari Google jika mereka memprioritaskan aplikasi atau layanan alternatif.
Menurutnya, produsen terdorong mempertahankan status quo karena perjanjian bisnis dengan Google yang sangat menguntungkan. Hal ini menciptakan hambatan struktural bagi perusahaan seperti Perplexity yang mencoba menembus pasar dan merebut pangsa dari Google.
Yahoo
Brian Provost, General Manager Yahoo Search, menegaskan bahwa perusahaan sangat serius dalam menyambut peluang untuk mengakuisisi browser Chrome jika Google di wajibkan melepas kepemilikannya. Dengan dukungan penuh dari pemiliknya, Apollo Global Management. Yahoo memandang Chrome bukan sekadar browser biasa, melainkan sebagai pemain strategis terpenting di web.
Menurut Provost, kepemilikan Chrome akan menjadi kunci penting bagi Yahoo untuk memperkuat kembali posisi mereka di ranah pencarian digital yang selama ini di dominasi oleh para pemain besar. Provost juga memperkirakan nilai akuisisi Chrome bisa mencapai puluhan miliar dolar AS. Ini mencerminkan besarnya investasi dan ambisi yang di siapkan Yahoo.
Ambisi ini bukan tanpa alasan, mengingat Yahoo sedang berupaya membangun kembali bisnis pencariannya sejak di akuisisi oleh Apollo pada tahun 2021. Dengan mengakuisisi Chrome, Yahoo berpotensi membuat lonjakan besar dalam menghadapi persaingan sengit industri teknologi informasi. Sekaligus membuka peluang untuk bersaing kembali sebagai pemain utama dalam ekosistem digital global.
Kesimpulan
Kasus Chrome terancam lepas dari Google dan potensi akuisisinya oleh perusahaan seperti OpenAI, Perplexity, atau Yahoo. Ini membawa dampak signifikan bagi masa depan ekosistem browser dan pencarian internet global. Jika Chrome berpindah kepemilikan, inovasi dan dinamika persaingan di industri teknologi bisa berubah secara drastis.
Kepemilikan baru berpeluang membawa model bisnis dan teknologi baru yang bisa menguntungkan konsumen, pengguna, dan pengembang aplikasi. Namun, risiko seperti penurunan kualitas, perubahan kebijakan open source Chromium, dan fragmentasi pasar juga harus di waspadai. Dunia teknologi menantikan keputusan pengadilan dan Google terkait sanksi ini. Yang berpotensi menandai babak baru dalam sejarah internet dan persaingan teknologi global.
Bagaimana pun hasilnya, pergerakan ini membawa angin segar bagi pesaing lama dan baru dalam menantang hegemoni Google di dunia maya. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi viral terupdate lainnya hanya di POS VIRAL.
Sumber Informasi Gambar:
1. Gambar Pertama dari inc.com
2. Gambar Kedua dari npr.org