Meninggalnya tiga jemaah haji asal Bali di Mekkah akibat dugaan kelelahan dan komplikasi kesehatan menjadi duka mendalam yang harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak terkait.
Penyebab kematian ini menunjukkan betapa beratnya tantangan fisik yang dihadapi selama pelaksanaan ibadah haji. Terutama oleh jemaah yang berusia lanjut dan memiliki kondisi kesehatan rentan.
Dibawah ini POS VIRAL akan membahas secara mendalam mengenai kasus kematian jemaah haji asal Bali di Mekkah, penyebab diduga kelelahan. Serta dampak dan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah dan masyarakat setempat.
Profil Jemaah Haji yang Meninggal Dunia
Dari informasi yang dihimpun, ketiga jemaah haji yang meninggal dunia merupakan warga dari beberapa kabupaten di Bali, yakni Buleleng, Badung, dan Jembrana. Mereka adalah Mahriya Mursit (69 tahun) asal Buleleng, Deden Anda Kusman (66 tahun) asal Badung, dan Asraman Rafii (68 tahun) asal Jembrana.
Mahriya Mursit yang berasal dari Kelurahan Kampung Bugis, Kecamatan Buleleng, kabupaten Buleleng, meninggal dunia pada tanggal 30 Mei 2025 di Mekkah. Tepat sebelum memulai puncak rangkaian ibadah haji yang dikenal dengan Armuzna, mencakup Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Kondisi kesehatan Mahriya sempat terganggu sebelum meninggal. Di mana ia mengalami demam selama lima hari dan kehilangan nafsu makan. Menurut catatan Tim Kesehatan Haji Kloter SUB-71, Mahriya diduga meninggal akibat kelelahan dan kecapaian setelah menempuh perjalanan jauh.
Ia dilaporkan tidak sadarkan diri pada pukul 15.09 Waktu Arab Saudi dan meninggal dunia beberapa menit kemudian, pada pukul 15.15 WAS. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Pemakaman Ma’la di Kota Mekkah.
POSVIRAL hadir di saluran whatsapp, silakan JOIN CHANNEL |
Ayo KAWAL TIMNAS lolos PIALA DUNIA, dengan cara LIVE STREAMING GRATIS tanpa berlangganan melalui aplikasi Shotsgoal. Segera download!

Dugaan Penyebab Kematian
Kelelahan diduga menjadi faktor utama yang menyebabkan kematian ketiga jemaah haji asal Bali tersebut. Proses ibadah haji, terutama pada tahap puncak seperti wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan prosesi Mina. Menuntut kondisi fisik yang prima karena melibatkan aktivitas yang intens seperti perjalanan jauh, antre panjang, dan cuaca yang sangat panas di Arab Saudi.
Suhu udara yang dapat mencapai 45 derajat Celsius juga menjadi faktor eksternal yang memperberat beban fisik jemaah haji. Khususnya bagi mereka yang berusia lanjut atau memiliki riwayat penyakit tertentu.
Kasus Mahriya Mursit menunjukkan bagaimana kondisi kesehatan yang menurun demam berkepanjangan dan hilangnya nafsu makan ditambah dengan perjalanan panjang berpotensi memicu kelelahan ekstrem yang berujung pada kematian. Kondisi ini semakin diperberat oleh ketidakmampuan tubuh untuk beradaptasi dengan cuaca dan tekanan fisik selama ibadah.
Baca Juga: Hotman Paris Tegaskan Proyek Laptop Nadiem Memenuhi Standar Audit BPKP
Tindakan Pemerintah Serta Penyelenggara Haji
Kementerian Agama Provinsi Bali dan Tim Kesehatan Haji Kloter turut memantau kondisi kesehatan seluruh jemaah dengan serius. Dalam pernyataannya, pihak berwenang menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya tiga jemaah asal Bali dan menjelaskan dugaan penyebab kematian yang sebagian besar berkaitan dengan kelelahan dan kondisi medis yang melemahkan.
Selain itu, mereka memastikan bahwa ketiga jenazah telah dimakamkan di pemakaman Makkah sesuai dengan prosedur ibadah haji dan adat setempat.
Untuk mengurangi risiko kematian akibat kelelahan dan penyakit selama pelaksanaan haji. Pihak penyelenggara berupaya meningkatkan layanan kesehatan dan pengawasan medis. Serta memberikan edukasi bagi jemaah mengenai pentingnya menjaga kondisi fisik dan memperhatikan tanda-tanda gangguan kesehatan sejak dini.
Beberapa langkah yang diambil antara lain penyediaan fasilitas medis, pemeriksaan kesehatan berkala. Dan koordinasi yang baik antara petugas haji dan tenaga kesehatan di Arab Saudi.
Pesan Untuk Calon Jemaah Haji
Kasus kematian jemaah haji asal Bali karena kelelahan mengingatkan pentingnya persiapan fisik dan mental bagi calon haji. Khususnya bagi para lansia dan mereka yang memiliki riwayat penyakit kronis.
Ibadah haji bukan hanya perjalanan spiritual. Tetapi juga tantangan fisik yang luar biasa. Oleh karena itu, menjaga kesehatan sebelum dan selama pelaksanaan ibadah sangat penting agar dapat menjalankan rangkaian ibadah dengan lancar tanpa membahayakan diri sendiri.
Bagi calon haji dan keluarganya, rekomendasi medis seperti pemeriksaan kesehatan menyeluruh sebelum berangkat. Pengelolaan penyakit kronis secara rutin. Serta menjaga pola makan dan istirahat selama di Tanah Suci menjadi kunci utama untuk menghindari kondisi yang dapat memperparah risiko kesehatan.
Membawa obat-obatan pribadi yang diperlukan dan segera melapor kepada petugas jika mengalami gejala kesehatan yang memburuk juga sangat dianjurkan.
Kesimpulan
Meninggalnya tiga jemaah haji asal Bali di Mekkah akibat dugaan kelelahan dan komplikasi kesehatan menjadi duka mendalam yang harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak terkait. Penyebab kematian ini menunjukkan betapa beratnya tantangan fisik yang dihadapi selama pelaksanaan ibadah haji. Terutama oleh jemaah yang berusia lanjut dan memiliki kondisi kesehatan rentan.
Pemerintah dan penyelenggara haji perlu terus meningkatkan upaya pengawasan kesehatan serta memberikan edukasi dan bimbingan yang lebih intensif agar risiko kematian dan gangguan kesehatan selama ibadah haji dapat diminimalkan. Pada saat yang sama, calon jemaah juga harus melakukan persiapan fisik dan mental yang matang agar dapat menjalankan ibadah suci ini dengan aman dan lancar.
Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang Berita Viral Hari Ini yang akan kami berikan setiap harinya.
- Gambar Utama dari denpasar.kompas.com
- Gambar Kedua dari www.detikcom